LAPORAN
SEMESTER PRAKTIKUM
MANAJEMEN
TERNAK UNGGAS
(MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM
PEDAGING PADA SKALA/TINGKAT PETERNAKAN RAKYAT)
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK
3
1. ANDIK ANUAR
2. SARNOVAL BAHRI
3. YUNI PRAMUNIKA NINGSIH
4. TRI SYAFITRI
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ternak
unggas merupakan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan karena produknya
quick yielding (cepat menghasilkan) dan mengandung nilai gizi tinggi.
Performans yang baik pada unggas akan tampak apabila faktor genetik dan
lingkungan pemeliharaannya juga baik. Ayam broiler sebagai ayam ras pedaging
pertumbuhannya sangan cepat karena mempunyai kemampuan mengubah makanan menjadi
daging dengan sangat efisien. Kemampuan ini akan ditunjukkan pada temperatur
19-2100C (cahyono,1995).
Temperatur ini hanya dicapai didaerah pegunungan misalnya
kawasan puncak, jawa barat. Berdasarkan sifat-sifat diatas, maka usaha
peternakan brroiler dapat dilakukan di indonesia, namun pertumbuhannya tidak
dapat optimal. Hal ini dapat disebabkan karena secara umum indonesia beriklim
tropis (ditinjau dari sudut biografis) yang memiliki temperatus udara dan
kelembapan yang tinggi yang menghambat pertumbuhan sehingga pada kondisi ini,
budidaya ayam broiler yang secara umum merupakan hasil pengujian di daerah sub
tropis dihadapka dengan berkurangnya kemampuan untuk mencapai produksi optimal.
Produktifitas ayam broiler dipengaruhi 3 faktor, yaitu :
Bibit, Pakan, Manajemen pemeliharaan. Oleh karena itu ketiga faktor ini harus
diperhatiakan. Manajemen pemeliharaan ini dimulai sejak persiapan kandang
sesuai persyaratan yang ada, pemberian pakan dan vaksinasi secara teratur dan
terencana. Penanganan dan pengendalian penyakit serta pemanenan yang tepat
waktu. Selain itu juga harus diperhatikan penanganan kandang setelah
periode pemeliharaan. Manajemen
pemeliharaan yang dilakukan dengan baik produksi ayam broiler dapat
dioptimalkan. Prodduksi yang optimal dapat meningkatkan keuntungan dan
efesiensi modal.
1.2.Tujuan Praktikum
1. Agar
mahasiswa mengetahui dan mampu melaksanakan program pemeliharaan ternak unggas
2. Agar
mahasiswa mengetahui dan mengenal penggunaan komponen-komponen dalam
pemeliharaan ternak unggas serta mengkombinasikannya
3. Agar
mahasiswa mengetahui dengan benar penggunaan brooder dan mempraktikkannya
4. Agar
mahasiswa mengetahui perkembangan bobot badan ayam broiler tiap harinya
5. Agar
mahasiswa mengetahui cara pencegahan penyakit berupa vaksinasi dan kapan
pemberian vaksin tersebut
6. Agar
mahasisswa mengetahui penyakit-penyakit yang sering menjangkit ayam broiler
7. Agar
mahasiswa mengetahui cara pemasaran dan harga yang berlaku dipasar
1.3.Manfaat Praktikum
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ayam
broiler serta dapat mengetahui jenis penyakit dan cara untuk mengobati penyakit
tersebut.
1.4. Alat
- Hygrometer ruang
- Kandang ayam broiler
- Pemanas ( lampu pijar )
- Sapu lidi
- Sekat kandang dari bambu
- Sprayer
- Tempat minum
- Tempat ransum
- Timbangan
- Thermometer ruang
1.5. Bahan
- Anak ayam broiler (DOC)
- Desinfektan
- Gula merah
- Kertas koran
- Obat-obatan dan vitamin
- Ransum starter
- Sekam
BAB II
MATERI DAN METODA
2.1. Waktu
dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Jum’at tanggal 17 November 2014 jam 15.00 Wib dan panen dilaksanakan tanggal 17
Oktober 2014 jam 20.00 – 23.30 Wib di Muara Sabak Timur.
2.2. Materi praktikum
Adapun materi dari praktikum ini
ialah:
·
alat tulis
·
kamera
2.3.Metode praktikum
Adapun metode praktikum ini ialah:
Tahap I
·
Melihat langsung di
sekeliling peternakan, seperti: melihat profil lokasi kandang, melihat bentuk
kandang, melihat system pemeliharaan dalam usaha peternakan tersebut, dll.
·
Menganalisis antara
bentuk kandang yang digunakan dan system pemeliharaan dengan teori yang pernah
disampaikan pada perkuliahan
Tahap
II
·
Bertanya langsung
kepada peternak tentang profil peternak, jumlah dan jenis pakan yang diberikan
kepada ternak dan cara pengendalian penyakit pada ternak
·
Menganalisis antara
jumlah dan jenis pakan yang diberikan dengan teori yang pernah disampaikan pada
perkuliahan.
BAB III
HASIL PENELITIAN
Rumus
FCR = Konsumsi
Ransum / Bobot Badan
Efisiensi Ransum =
Bobot Badan / Konsumsi Ransum X 100%
PB = Bobot Badan
Akhir – Bobot Badan Awal
FCR Kumulatif = Pakan
Kumulatif – Sisa Pakan / Total Bobot Badan Akhir – Total Bobot Badan Awal
Tanggal
|
Umur
|
Deplesi
|
Konsumsi
Pakan (g)
|
Berat
Badan (g)
|
||||
Mati
|
Afkir
|
Sisa
|
Rill
|
Standar
|
Rill
|
Standar
|
||
17/10/2014
|
1
|
3
|
2497
|
½
|
139
|
162
|
||
18/10/2014
|
2
|
-
|
-
|
½
|
||||
19/10/2014
|
3
|
1
|
2496
|
1
|
||||
20/10/2014
|
4
|
2
|
2494
|
1
|
||||
21/10/2014
|
5
|
2
|
2492
|
2
|
||||
22/10/2014
|
6
|
3
|
2489
|
2
|
||||
23/10/2014
|
7
|
4
|
2485
|
2
|
||||
24/10/2014
|
8
|
3
|
2482
|
3
|
460
|
420
|
||
25/10/2014
|
9
|
2
|
2480
|
3
|
||||
26/10/2014
|
10
|
-
|
-
|
3
|
||||
27/10/2014
|
11
|
5
|
2475
|
3
|
||||
28/10/2014
|
12
|
3
|
2472
|
3
|
||||
29/10/2014
|
13
|
2
|
2470
|
4
|
||||
30/10/2014
|
14
|
6
|
2464
|
4
|
||||
31/10/2014
|
15
|
4
|
2460
|
4
|
1014
|
787
|
||
1/11/2014
|
16
|
-
|
-
|
3
|
||||
2/11/2014
|
17
|
1
|
2459
|
5
|
||||
3/11/2014
|
18
|
6
|
2453
|
6
|
||||
4/11/2014
|
19
|
4
|
2449
|
6
|
||||
5/11/2014
|
20
|
5
|
2444
|
6
|
||||
6/11/2014
|
21
|
-
|
-
|
7
|
||||
7/11/2014
|
22
|
2
|
2442
|
7
|
1821
|
1260
|
||
8/11/2014
|
23
|
-
|
-
|
7
|
||||
9/11/2014
|
24
|
3
|
2439
|
7
|
||||
10/11/2014
|
25
|
2
|
2437
|
7
|
||||
11/11/2014
|
26
|
-
|
-
|
7
|
||||
12/11/2014
|
27
|
1
|
2436
|
8
|
||||
13/11/2014
|
28
|
2
|
2434
|
8
|
||||
14/11/2014
|
29
|
3
|
2431
|
6
|
2819
|
1789
|
||
15/11/2014
|
30
|
1
|
2430
|
7
|
||||
16/11/2014
|
31
|
-
|
-
|
6
|
||||
17/11/2014
|
32
|
2
|
2428
|
5
|
||||
Total
|
72
|
61538
|
144
|
6253
|
4418
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Lokasi
dan kandang
Lokasi
kandang yang digunakan untuk praktikum 2 km dari keramaian. Lokasi peternakan ayam
pedaging sebaiknya jauh dari keramaian, jauh dari lokasi perumahan, atau dipilih
lokasi yang sunyi. Lokasi kandang sebaiknya 1 km jauh dari pemukiman penduduk. Lokasi kandang dekat
dengan sumber air tetapi tidak becek serta sarana transportasi mudah. Lokasi
yang dipilih untuk peternakan harus tersedia sumber air yang cukup, terutama
pada musim kemarau. Air merupakan kebutuhan mutlak untuk ayam karena kandungan
air dalam tubuh ayam bisa mencapai 70%. Jumlah air yang dikonsumsi ayam
bergantung pada jenis ayam, umur, jenis kelamin, berat badan ayam dan cuaca.
Kandang ayam yang digunakan dalam praktikum ini
berupa kandang panggung dengan alas terbuat dari bilah bambu yang lapisi dengan
sekam yang sering disebut dengan kandang litter sehingga lantai kandang tidak
menyebabkan kaki terluka akibat terjepit bilah bambu dan kaki tidak mengeras.
kandang dengan tipe litter pengelolaannya lebih mudah dan praktis, hemat tenaga
dan waktu, lantai kandang relatif tahan lama, lantai tidak mengakibatkan
telapak kaki ayam terluka, dan mengeras serta litter merupakan media yang baik
untuk mencakar-cakar debu atau mandi debu yang memberikan kenyamanan bagi ayam.
4.2. Sterilisasi
Kandang
Sterilisasi dilakukan sebelum dan sesudah
pemeliharaan yaitu pada saat kandang kosong selama 8 hari yaitu meliputi
pembersihan lantai kandang, dinding dan atap kandang, pengapuran kandang,
penyemprotan kandang dengan desinfektan, serta pencucian tempat ransum dan
minum serta kotoran ayam. Desinfektan kandang dengan menggunakan Virukill
dilakukan 2 -3 hari sebelum DOC tiba. Usaha pencegahan penyakit yang lain
adalah senantiasa menjaga kebersihan kandang dan peralatannya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rasyaf (2008) yang menyatakan bahwa kandang harus sudah
dibersihkan dengan
air bersih yang telah
dicampur dengan pembunuh kuman atau desinfektan. Semua peralatan, termasuk
tempat ransum dan tempat minum. Fadilah (2004) menjelaskan lebih lanjut,
mencuci kandang dengan sprayer tekanan tinggi dari bagian atas, dinding dan
tirai, hingga lantai. Proses pencucian ini harus meliputi semua bagian jangan
sampai ada bagian yang terlewatkan serta menaburkan atau menyemprotkan kapur
tohor ke bagian dalam, lantai, dan sekeliling luar kandang.
Gambar 1. Pembersian kandang
4.3. Persiapan Pemeliharaan
Setelah kandang dibersihan dan diistirahatkan selama 8 hari,
mulai dilakukan persiapan pemeliharaan untuk periode yang baru. Sebelum DOC
datang kandang perlu dipersiapakan dengan baik, mulai dari alas kandang. Untuk
tahap persiapan alas dilapisi dengan jaring, selanjutnya dipasang kantong bekas
pakan ayam yang bersih baru ditabur dengan sekam yang kering dengan ketebalan 2
-3 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah (2004), bahwa
jenis litter yang sering digunakan adalah sekam dan serbuk gergaji. Selanjutnya
dilakukan pemasangan lingkaran pemanas dengan diameter kurang lebih 5 meter,
pemanas itu sendiri menggunakan gas olek, hal ini dirasa lebih bisa
mempertahankan kehangatan dan biaya lebih murah, setiap kandang terdapat 10
lingkaran pemanas, dengan setiap lingkaran terdapat 10 tempat minum otomatis
dan 10 tempat pakan. Untuk tahap akhir persiapan sebelum DOC datang adalah
pemasangan tirai dan penyemprotan disinfektan pada sekam.
Gambar 2. Persiapan lingkaran
sebelum DOC datang
4.4. Perlakuan Saat DOC Datang
Pemeliharaan ayam
broiler meliputi pemilihan bibit, perkandangan, pemeliharaan, pencegahan
penyakit dan pola pemberian ransum. Bibit ayam broiler yang dipelihara
dipeternakan tersebut berupa anak ayam umur sehari (DOC) bobot badan awal
rata-rata 37 gram per ekor, dengan harga Rp. 6.500 per ekor yang telah di
vaksin ND Kill, IBD dan IB. yang menyatakan bahwa kegiatan pertama yang harus
dilakukan ketika DOC datang adalah memperhatikan dan memeriksa keadaan DOC
secara keseluruhan, baik kualitas maupun kuantitasnya. DOC yang berkualitas
baik antara lain mempunyai ciri kakinya besar dan basah seperti berminyak, bulu
cerah dan penuh, DOC terlihat aktif dan beratnya tidak kurang dari 37 g.
Kartasudjana dan Suprijatna (2006) menambahkan bahwa kualitas DOC yang dipelihara
harus yang terbaik, karena performa yang jelek bukan saja dipengaruhi oleh
faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas DOC pada saat diterima. Untuk
selanjutnya DOC ditempatkan pada lingkaran pemanas, setiap lingkaran pemanas
berisi 750 ekor untuk kandang utara sebanyak 10 lingkaran pemanas dan 800 ekor
untuk kandang selatan sebanyak 10 lingkaran pemanas, dengan suhu pemanas diatur
sesuai fisiologis DOC, tahap berikutnya diberi larutan gula dengan harapan
mengembalikan energi yang hilang selama perjalanan menuju tempat peternakan,
setelah larutan gula habis, barulah diberi multivitamin untuk siang harinya dan
antibiotik untuk malamnya atau sebaliknya secara ad libitum dengan
tujuan ayam tidak mengalami dehidrasi sehingga produksi daging dapat optimal. Williamson dan Payne (1993)
menyatakan bahwa air harus selalu tersedia dan sangat baik disediakan dari
kran-kran otomatis. Konsumsi air pada ayam biasanya dua kali lebih banyak
dibanding dengan konsumsi makanannya. Ayam akan mampu hidup lebih lama tanpa makanan dibanding
tanpa air (Rizal, 2006). Pakan diberikan jenis S-10 dengan butiran
yang lebih halus mulai dari umur 1 – 10 hari, diberikan secara ad libitum. Menurut Harto (1987) pemberian
ransum pada ternak yang masih berumur sehari atau DOC diletakkan dikertas atau
tempat pakan dari nampan yang kecil. Setelah ayam berumur diatas 1 minggu,
tempat pakan harus diganti dengan tempat pakan khusus yang digantung. Alamsyah
(2005) menyatakan bahwa pemberian ransum pada ternak disesuaikan dengan umur,
kesukaan terhadap ransum, dan jenis ransum. Ransum untuk ayam yang belum
berumur atau DOC diberikan dalam bentuk all mash. Hal ini bertujuan
untuk mempermudah pencernaan ransum di dalam saluran pencernaan DOC.
Gambar 3. DOC
dalam lingkaran pemanas.
4.5. Chick in
Berdasarkan hasil praktikum pada
saat chick in yang dilakukan adalah menimbang bobot ayam kemudian
menghitung DOC sejumlah 2500 ekor ayam.
Pada saat DOC datang langsung diberikan air gula. Dosis gula yang diderikan
adalah sebesar 5%. Pemberian air gula ini bertujuan untuk menggantikan cairan
yang hilang saat pendistribusian. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1987) yang menyatakan bahwa pertama kali yang harus kita lakukan
setelah DOC datang adalah pemberian air minum yang dicampur dengan air gula 1-2
% dan obat anti stress. Pencampuran air gula tersebut
dimaksudkan untuk menggantikan cairan tubuh dan energi yang hilang selama dalam
perjalanan. Fadilah (2006)
menambahkan bahwa saat DOC tiba, sebaiknya diberikan air gula aren 2-5%, hal
ini dilakukan untuk memberikan energi untuk DOC yang mana energinya telah habis
saat di perjalanan.
4.6. Pemeliharaan
Berdasarkan hasil praktikum pada
saat pemeliharaan yang dilakukan adalah anak ayam atau DOC (day old chick)
dipelihara selama 33 hari sampai
mendapatkan produksi daging yang optimal. Pemberian pakan untuk DOC diberikan
sesuai dengan kebutuhan dan air minum diberikan secara ad libitum yaitu
pakan diberikan secara terus menerus. Pakan diberikan
dengan menggunakan chick feeder tray yang diletakkan di lantai agar memudahkan dalam mengkonsumsi pakan,
sedangkan pada saat mencapai umur 1 minggu pakan diberikan dalam feeder tube. Peletakan tempat pakan dan minum pada masa ini adalah dengan
digantung setinggi bahu ayam. Hal ini dilakukan agar pakan dan minum tidak
mudah tumpah dan tidak tercampur dengan sekam. Sekam yang tercampur dalam pakan
atau minum akan membahayakan ternak jika memakannya, karena dapat mengganggu
saluran pencernaan. Sistem pemberian pakan yang dilakukan sudah baik,
karena meperhatikan cara untuk memberi pakan pada saat DOC (starter), finisher
dan ayam periode finisher meliputi tempat pakan yang digunakan, cara penempatan
tempat pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1992) yang
menyatakan bahwa pakan untuk ayam broiler dibedakan menjadi dua tahap yaitu
pakan untuk periode starter dan pakan untuk periode finisher. Fadilah et al.
(2007) menambahkan bahwa pemberian pakan pada saat starter diberikan di chick
feeder tray dan pada saat finisher diberikan pakan dalam feeder
tube yang digantung.
Tirai ditutup pada fase starter bertujuan
untuk menyesuaikan kondisi lingkungan yang dibutuhkan DOC. Setelah ayam berumur
lebih dari 1 minggu tirai ditutup pada saat malam hari atau pada saat suhu
rendah, ketika ada angin kencang dan hujan. Hal ini dilakukan agar suhu dalam kandang tetap nyaman dan sekam tidak
basah. Tirai dibuka pada saat siang hari atau ketika suhu tinggi dan
berfungsi sebagai ventilasi udara sehingga sirkulasi udara dapat berjalan
dengan lancar dan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1995) yang
menyatakan bahwa pertukaran udara dalam kandang akan sangat penting untuk
membuang gas-gas amoniak yang dapat mengganggu pertumbuhan ayam. Penggantian litter dengan menggunakan sekam dilakukan
apabila sekam sudah basah. Tujuan dari penggantian sekam adalah untuk menghindari
peningkatan kandungan amonia dan penyebaran bibit penyakit. Hal ini sesuai
dengan pendapat Fadilah (2006) bahwa
litter yang basah bisa meningkatkan kandungan amonia, menjadi tempat berkembang
biak berbagai penyakit, dan menyebabkan bulu ayam kotor.
Pengaturan suhu
dalam kandang bagi ternak dilakukan dengan pengaturan tirai dan brooder. Bahan yang
digunakan sebagai tirai adalah plastik tebal. Brooder menggunakan lampu bohlam
yang apabila suhu tinggi maka bohlam dimatikan dan diangkat dijauhkan dari DOC.
Suhu rata-rata dalam kandang pada minggu pertama 31,85oC, minggu
kedua 30,65oC, minggu ketiga 29,91oC dan pada minggu
keempat 29,65oC. Suhu tersebut bukan merupakan comfort zone
bagi ternak sehingga ternak sering melakukan panting. Suhu yang baik
untuk hidup ayam broiler adalah sekitar 320-350C. Hal ini
sesuai dengan pendapat Suryana dan Hasbianto (2008) bahwa sistem perkandangan
yang ideal untuk usaha ternak ayam ras adalah persyaratan temperatur berkisar
32,2-350C dan kelembapan 60-70%. Awal DOC masuk tirai ditutup selama
1 minggu dan menggunakan lampu brooder yang berfungsi sebagai pemanas
atau penghangat. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1995) yang menyatakan
bahwa alat pemanas merupakan suatu alat yang digunakan untuk memberi rasa
hangat serta berfungsi untuk menggantikan panas tubuh yang biasa diberikan oleh
induk ayam untuk menjaga tubuh anak ayam agar tetap stabil.
Sanitasi dilakukan secara rutin setiap hari meliputi sanitasi kandang,
peralatan dan praktikan yang masuk kandang
(biosecurity). Sanitasi kandang dilakukan
dengan cara membersihkan kandang setiap harinya dengan cara menyapu sekam yang
tercecer, selain itu juga membersihkan kandang luar dengan cara menyapu halaman
luar kandang dan membersihkan selokan air agar tidak timbul bibit penyakit.
Sanitasi peralatan yaitu dengan membersihkan tempat pakan dan air minum setiap
hari supaya meminimalisir ternak agar tidak terkena penyakit baik dari jamur,
bakteri, protozoa, dan virus yang dapat menimbulkan penyakit. Sanitasi
praktikan (biosecurity) dengan cara menyemprotkan desinfektan ke tangan
dan kaki supaya tidak membawa penyakit
dari luar kandang. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1987) yang menyatakan bahwa tujuan dari
sanitasi secara menyeluruh adalah untuk menjaga kebersihan kandang baik luar
maupun dalam kandang agar ternak dapat menampilkan performans yang baik
dan ternak bebas dari penyakit. Rasyaf (1992)
menambahkan bahwa penyebab dari kurang perhatian
sanitasi akan menimbulkan ternak rentan terhadap penyakit, sehingga ternak
banyak yang mati. Oleh karena itu sanitasi sangat diperlukan dalam manajemen
usaha peternakan.
4.7. Evaluasi Performance Ayam Pedaging
Berdasarkan
praktikum, evaluasi performance
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Performance Ayam
Broiler Flock 3
Umur
(minggu)
|
Jumlah ayam yang mati
|
Konsumsi
pakan/SAK
|
Bobot Badan/gram
|
I
|
10
|
9 SAK
|
3,34 gram
|
II
|
17
|
23 SAK
|
7 gram
|
III
|
20
|
37 SAK
|
1,4 kg
|
IV
|
12
|
48 SAK
|
1,7 kg
|
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Ternak Unggas,
2014
Berdasarkan tabel diatas konsumsi
pakan ayam broiler tertinggi adalah minggu ke 4 yaitu sebesar 1,7 g/ekor,
dimana ayam broiler sudah masuk kedalam fase finisher sehingga
pakan yang dibutuhkan relatif lebih banyak. Jumlah konsumsi pakan sangat mempengaruhi
konversi pakan dan efisiensi pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna dan Kartasudjana (2006) yang menyatakan bahwa pada waktu pemeliharaan ayam broiler selama 4 minggu dengan energi metabolis ransum 3000 kkal/kg dan protein 22%,
konsumsi ransum sebesar 2,5 kg/ekor, bobot badan yang dihasilkan berkisar
1,2-1,3 kg/ekor. Pertambahan Bobot Badan ayam broiler yang paling tinggi
berdasarkan tabel diatas adalah pada minggu ke 4 yaitu 1088 g. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot badan selalu meningkat dari
minggu pertama sampai minggu ke 4. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartasudjana (2006) bahwa pertumbuhan yang
paling cepat terjadi sejak menetas sampai umur 4-6 minggu, kemudian mengalami
penurunan dan terhenti sampai mencapai dewasa. Kecepatan pertumbuhan dapat
diukur dengan menimbang pertambahan berat badan secara berulang setiap hari
atau setiap minggu. Ditambahkan oleh Anggorodi (1985) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ternak dimulai secara
perlahan kemudian cepat hingga pada akhirnya terhenti sama sekali dan jika
digambarkan akan membentuk kurva sigmoidal.
4.8. Vaksinasi Ayam
Pedaging
Berdasarkan
praktikum vaksinasi yang diberikan selama pemeliharaan diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 2. Vaksinasi 1
No.
|
Parameter
|
Keterangan
|
1
|
Waktu pelaksanaan vaksinasi
|
20 Oktober 2014
|
2
|
Jenis vaksin
|
NDCLUND
|
3
|
Dosis vaksin
|
900 cc
|
4
|
Metode vaksinasi
|
Diteteskan pada mata
|
5
|
Respon ternak unggas post vaksinsi
|
Lidah berwarna kebiru-biruan
|
6
|
Dampak/penyakit ikutan
|
ND
|
Tabel 3. Vaksinasi 2
No.
|
Parameter
|
Keterangan
|
1
|
Waktu pelaksanaan vaksinasi
|
27 Oktober 2014
|
2
|
Jenis vaksin
|
GUNBORO
|
3
|
Dosis vaksin
|
500 cc
|
4
|
Metode vaksinasi
|
Dicampur dengan air minum+ susu skim
|
6
|
Dampak/penyakit ikutan
|
Stress
|
Tabel 4. Vaksinasi 3
No.
|
Parameter
|
Keterangan
|
1
|
Waktu pelaksanaan vaksinasi
|
3 November 2014
|
2
|
Jenis vaksin
|
NDLASOTA
|
3
|
Dosis vaksin
|
500 cc
|
4
|
Metode vaksinasi
|
Dicampur dengan air minum + susu skim
|
6
|
Dampak/penyakit ikutan
|
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Ternak Unggas, 2014.
Vaksinasi dilakukan
sebanyak 3 kali yaitu pemberian vaksin NDB1, vaksin gumboro dan vaksin ND Lasota. Pemberian vaksin
NDB1 dilakukan pada saat ayam umur 4
hari dan menggunakan vaksin aktif. Vaksin aktif adalah vaksin yang berisi
mikroorganisme agen penyakit dalam keadaan hidup, tetapi sudah dilemahkan, yang
akan tumbuh dan berkembang baik dalam tubuh induk yang divaksin. Proses vaksinasi dilakukan dengan tetes mata dimana vaksin dilarutkan dalam larutan dapar kemudian dikocok sampai rata. Satu
vaksin dapat digunakan untuk 100 ekor anak ayam dengan ketentuan satu ekor satu tetes vaksin. Vaksinasi
yang kedua adalah pemberian vaksin terhadap penyakit gumboro yang dilakukan
pada saat ayam berumur 10 hari melalui air minum dan sebelum dilakukan
vaksinasi ayam dipuasakan selama 2 jam dengan tujuan agar air minum yang
dicampur vaksin dapat habis dalam waktu yang singkat. Vaksinasi yang ketiga adalah pemberian vaksin ND Lasota yang dilakukan
pada saat ayam berumur 18 hari melalui air minum dan sebelum dilakukan
vaksinasi ayam dipuasakan selama 2 jam dengan tujuan agar air minum yang
dicampur vaksin dapat habis dalam waktu yang singkat. Vaksinasi
yang kedua dan ketiga ini menggunakan vaksin inaktif yaitu vaksin yang berisi
mikroorganisme agen penyakit dalam keadaan mati (dimatikan), biasanya
didalamnya dicampuri atau ditambahkan oil adjuvent Vaksin gumboro dan vaksin ND Lasota dicampur dengan penambahan susu skim 15
gram dan air 7 liter. Penambahan susu skim bertujuan memberikan
energi/nutrisi untuk bakteri yang ada didalam vaksin. Karena bakteri tersebut
membutuhkan makanan untuk tetap hidup. Proses vaksinasi hanya dilakukan apabila ayam dalam keadaan sehat dan
kondisi lingkungan baik. Sesudah proses vaksinasi ayam diberi air minum yang
dicampur dengan multivitamin atau antistress untuk mengatasi keadaan stress
akibat perlakuan selama proses vaksinasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1992) menyatakan bahwa vaksinasi
dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain melalui tetes mata,
hidung, mulut dan air minum. Ditambahkan oleh Ensminger (1980) bahwa penyakit
yang dapat dicegah dengan vaksinasi antara lain NCD/ND, Invectious Laringo
Trachacitis, Fowlok, Avian Enchepalomielitis, Gumboro
dan Marex.
Pengukuran Suhu dan
Kelembaban Lingkungan
Faktor cuaca
juga mempengaruhi suhu dan kelembaban baik itu di dalam (mikroklimat) maupun di
luar kandang (makroklimat). Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1992) yang
menyatakan bahwa pengaruh cuaca merupakan faktor luar yang sangat menentukan
dalam produksi peternakan. Pengukuran suhu dilaksanakan pada pukul 05.00 WIB, 13.00 WIB, dan 21.00 WIB, pada waktu tersebut mewakili kondisi suhu dan
kelembaban pada pagi, siang dan malam sehingga rata-rata suhu dalam satu hari
dapat tergambarkan. Berdasarkan praktikum manajemen
ternak unggas ayam pedaging selama pemeliharaan diperoleh hasil bahwa suhu dan kelembaban rata-rata pada jam
tersebut dalam 28 hari adalah sebesar 27,9o C, 32o C, 28o C dan
kelembaban 76%, 61%, 74%. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Fuad (1992) yang
menyatakan bahwa temperatur yang ideal bagi anak-anak ayam yang berumur 1 - 3
minggu yaitu 65 0F (36 0C). Fadilah (2004) menambahkan
bahwa temperatur yang ideal untuk masa finisher adalah 25-27 0C.
Temperatur dalam brooder pada fase starter tidak sesuai dengan kebutuhan ayam
sehingga ayam mengalami cekaman dingin yang dapat menghambat pertumbuhan dan
pada fase finisher ayam mengalami cekaman panas karena suhu sangat tinggi, suhu
yang tinggi ini mengakibatkan ayam terengah-engah (panting). Suprijatna dan
Kartasudjana (2008) menambahkan bahwa untuk daerah tropis, kondisi lingkungan yang mempengaruhi ternak yaitu
temperatur dan kelembaban.
4.9. Cara Pemanenan
Umur panen 35 hari (tergantung pasar)
TAHAP-TAHAP
PEMANENAN
- Mengeluarkan peralatan kandang
- Menyekat kandang
- Menangkap ayam dengan benar/menghindari perlakuan kasar
- Masukan ayam dalam kerat
- Menimbang ayam
- Mencatat dan menghitung total ayam dan berat keseluruhan
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun yang dapat
disimpulkan dari hasil praktikum tersebut adalah untuk mendapatkan hasil
pemeliharaan ayam yang bagus perlu dipersiapkan apa-apa yang diperlukan
sehingga kebutuhan akan terjamin. Dalam pemeliharaan ayam broiler pemeliharaan
ayam meliputi kegiatan sbb : kegiatan persiapan kandang dan
peralatan yang digunakan, penggunaan dan pengaturan pergantian litter,
perlakuan saat DOC datang, sanitasi kandang, pemberian pakan dan air minum,
vaksinasi, pemberian vitamin dan obat-obatan dan pemanenan.
Kandang adalah tempat tinggal ayam
dalam melakukan semua aktivitasnya. Perlu sekiranya diperhatikan kenyamanan
kandang sehingga mampu mendukung tercapainya performan ayam yang optimal.
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.
5.2.Saran
Adapun saran-saran yang dapat
disampaikan adalah :
·
Pada saat praktikum
diharapkan kepada praktikan untuk melakukan kegiatan dengan baik sehingga
proses praktikum berjalan dengan sesuai keinginan atau lancar.
·
Kepada dosen yang
membimbing mata kuliah manajemen ternak unggas kami mengharapkan semoga laporan
ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mendapatkan nilai A dalam
matakuliah MANAJEMEN TERNAK UNGGAS.
DAFTAR PUSTAKA
Hamsa (2014) sebagai pemilik kandang ayam broiler
Fadilah (2004)
tentang pembersiaan kan agar ayam tidak mudah terkenah penyakit.
Rasyaf (2008)
tentang pembersiaan kandang.
Kartasudjana dan Suprijatna (2006) tentang DOC yang baik.
Williamson dan Payne (1993) tentang perlu nya air dalam pemeliharaan ayam
broiler.
Menurut Harto (1987) tentang pemberian ransum.
Murtidjo (1987)
tentang perlakuan pada DOC.
Suryana
dan Hasbianto (2008) bahwa sistem
perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras.
Rasyaf
(1992) menyatakan bahwa vaksinasi
dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain melalui tetes mata, hidung, mulut dan air
minum.
Ensminger
(1980) bahwa penyakit yang dapat
dicegah dengan vaksinasi antara lain NCD/ND, Invectious Laringo Trachacitis,
Fowlok, Avian Enchepalomielitis, Gumboro dan Marex.
Rasyaf,
M. 2003. Beternak Ayam Pedaging.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf,
M. 1999. Beternak Ayam Pedaging.
Cetakan Keempat Belas. Penebar Swadaya. Jakarta
SURAT PERNYATAAN PRAKTIKUM
Yang bertanda tangan dibawah ini
KELOMPOK 3 : SARNOVAL BAHRI
ANDIK ANUAR
TRI SYAFITRI
YUNI
PRAMUNIKA NINGSI
Menyatakan bahwa dengan ini kami dari kelompok 3 telah melaksanakan praktikum yang bertempat DI MUARA SABAK TIMUR pada tanggal 17 OKTOBER – 17 NOVEMBER 2014
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan tanpa ada tekanan dari pihak manapun.
Menyatakan bahwa dengan ini kami dari kelompok 3 telah melaksanakan praktikum yang bertempat DI MUARA SABAK TIMUR pada tanggal 17 OKTOBER – 17 NOVEMBER 2014
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan tanpa ada tekanan dari pihak manapun.
Jambi,
18 desember 2014
TANDA
TANGAN
SARNOVAL BAHRI ANDIK ANUAR
NIM : E10012229 NIM : E10012238
YUNI PRAMUNIKA N TRI SYAFITRI
NIM : E10012231 NIM : E10012212