08 Desember 2014

laporan manajemen ternak unggas




LAPORAN SEMESTER PRAKTIKUM

MANAJEMEN TERNAK UNGGAS
(MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM PEDAGING PADA SKALA/TINGKAT PETERNAKAN RAKYAT)



 



DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1.  ANDIK ANUAR
2.  SARNOVAL BAHRI
3.  YUNI PRAMUNIKA NINGSIH
4.  TRI SYAFITRI




FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014
 



 


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ternak unggas merupakan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan karena produknya quick yielding (cepat menghasilkan) dan mengandung nilai gizi tinggi. Performans yang baik pada unggas akan tampak apabila faktor genetik dan lingkungan pemeliharaannya juga baik. Ayam broiler sebagai ayam ras pedaging pertumbuhannya sangan cepat karena mempunyai kemampuan mengubah makanan menjadi daging dengan sangat efisien. Kemampuan ini akan ditunjukkan pada temperatur 19-2100C (cahyono,1995).
            Temperatur ini hanya dicapai didaerah pegunungan misalnya kawasan puncak, jawa barat. Berdasarkan sifat-sifat diatas, maka usaha peternakan brroiler dapat dilakukan di indonesia, namun pertumbuhannya tidak dapat optimal. Hal ini dapat disebabkan karena secara umum indonesia beriklim tropis (ditinjau dari sudut biografis) yang memiliki temperatus udara dan kelembapan yang tinggi yang menghambat pertumbuhan sehingga pada kondisi ini, budidaya ayam broiler yang secara umum merupakan hasil pengujian di daerah sub tropis dihadapka dengan berkurangnya kemampuan untuk mencapai produksi optimal.
            Produktifitas ayam broiler dipengaruhi 3 faktor, yaitu : Bibit, Pakan, Manajemen pemeliharaan. Oleh karena itu ketiga faktor ini harus diperhatiakan. Manajemen pemeliharaan ini dimulai sejak persiapan kandang sesuai persyaratan yang ada, pemberian pakan dan vaksinasi secara teratur dan terencana. Penanganan dan pengendalian penyakit serta pemanenan yang tepat waktu. Selain itu juga harus diperhatikan penanganan kandang setelah periode  pemeliharaan. Manajemen pemeliharaan yang dilakukan dengan baik produksi ayam broiler dapat dioptimalkan. Prodduksi yang optimal dapat meningkatkan keuntungan dan efesiensi modal.
1.2.Tujuan Praktikum
1.      Agar mahasiswa mengetahui dan mampu melaksanakan program pemeliharaan ternak unggas
2.      Agar mahasiswa mengetahui dan mengenal penggunaan komponen-komponen dalam pemeliharaan ternak unggas serta mengkombinasikannya
3.      Agar mahasiswa mengetahui dengan benar penggunaan brooder dan mempraktikkannya
4.      Agar mahasiswa mengetahui perkembangan bobot badan ayam broiler tiap harinya
5.      Agar mahasiswa mengetahui cara pencegahan penyakit berupa vaksinasi dan kapan pemberian vaksin tersebut
6.      Agar mahasisswa mengetahui penyakit-penyakit yang sering menjangkit ayam broiler
7.      Agar mahasiswa mengetahui cara pemasaran dan harga yang berlaku dipasar
1.3.Manfaat Praktikum
            Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler serta dapat mengetahui jenis penyakit dan cara untuk mengobati penyakit tersebut.
1.4. Alat
  • Hygrometer ruang
  • Kandang ayam broiler
  • Pemanas ( lampu pijar )
  • Sapu lidi
  • Sekat kandang dari bambu
  • Sprayer
  • Tempat minum
  • Tempat ransum
  • Timbangan
  • Thermometer ruang
1.5. Bahan
  • Anak ayam broiler (DOC)
  • Desinfektan
  • Gula merah
  • Kertas koran
  • Obat-obatan dan vitamin
  • Ransum starter
  • Sekam


BAB II
MATERI DAN METODA
2.1. Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 17 November 2014 jam 15.00 Wib dan panen dilaksanakan tanggal 17 Oktober 2014 jam 20.00 – 23.30 Wib di Muara Sabak Timur.

2.2. Materi praktikum
            Adapun materi dari praktikum ini ialah:
·         alat tulis
·         kamera

2.3.Metode praktikum
            Adapun metode praktikum ini ialah:
            Tahap I
·         Melihat langsung di sekeliling peternakan, seperti: melihat profil lokasi kandang, melihat bentuk kandang, melihat system pemeliharaan dalam usaha peternakan tersebut, dll.
·         Menganalisis antara bentuk kandang yang digunakan dan system pemeliharaan dengan teori yang pernah disampaikan pada perkuliahan
Tahap II
·         Bertanya langsung kepada peternak tentang profil peternak, jumlah dan jenis pakan yang diberikan kepada ternak dan cara pengendalian penyakit pada ternak
·         Menganalisis antara jumlah dan jenis pakan yang diberikan dengan teori yang pernah disampaikan pada perkuliahan.
           



BAB III
HASIL PENELITIAN
Rumus
FCR = Konsumsi Ransum / Bobot Badan
Efisiensi Ransum = Bobot Badan / Konsumsi Ransum X 100%
PB = Bobot Badan Akhir – Bobot Badan Awal
FCR Kumulatif = Pakan Kumulatif – Sisa Pakan / Total Bobot Badan Akhir – Total Bobot Badan Awal
Tanggal
Umur
Deplesi
Konsumsi Pakan (g)
Berat Badan (g)
Mati
Afkir
Sisa
Rill
Standar
Rill
Standar
17/10/2014
1
3

2497
½






139







162
18/10/2014
2
-

-
½
19/10/2014
3
1

2496
1
20/10/2014
4
2

2494
1
21/10/2014
5
2

2492
2
22/10/2014
6
3

2489
2
23/10/2014
7
4

2485
2
24/10/2014
8
3

2482
3






460







420
25/10/2014
9
2

2480
3
26/10/2014
10
-

-
3
27/10/2014
11
5

2475
3
28/10/2014
12
3

2472
3
29/10/2014
13
2

2470
4
30/10/2014
14
6

2464
4
31/10/2014
15
4

2460
4






1014







787
1/11/2014
16
-

-
3
2/11/2014
17
1

2459
5
3/11/2014
18
6

2453
6
4/11/2014
19
4

2449
6
5/11/2014
20
5

2444
6
6/11/2014
21
-

-
7
7/11/2014
22
2

2442
7






1821







1260
8/11/2014
23
-

-
7
9/11/2014
24
3

2439
7
10/11/2014
25
2

2437
7
11/11/2014
26
-

-
7
12/11/2014
27
1

2436
8
13/11/2014
28
2

2434
8
14/11/2014
29
3

2431
6



2819





1789
15/11/2014
30
1

2430
7
16/11/2014
31
-

-
6
17/11/2014
32
2

2428
5
Total

72

61538
144
6253

4418



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Lokasi dan kandang
Lokasi kandang yang digunakan untuk praktikum 2 km dari keramaian. Lokasi peternakan ayam pedaging sebaiknya jauh dari keramaian, jauh dari lokasi perumahan, atau dipilih lokasi yang sunyi. Lokasi kandang sebaiknya 1 km jauh dari pemukiman penduduk. Lokasi kandang dekat dengan sumber air tetapi tidak becek serta sarana transportasi mudah. Lokasi yang dipilih untuk peternakan harus tersedia sumber air yang cukup, terutama pada musim kemarau. Air merupakan kebutuhan mutlak untuk ayam karena kandungan air dalam tubuh ayam bisa mencapai 70%. Jumlah air yang dikonsumsi ayam bergantung pada jenis ayam, umur, jenis kelamin, berat badan ayam dan cuaca.
Kandang ayam yang digunakan dalam praktikum  ini berupa kandang panggung dengan alas terbuat dari bilah bambu yang lapisi dengan sekam yang sering disebut dengan kandang litter sehingga lantai kandang tidak menyebabkan kaki terluka akibat terjepit bilah bambu dan kaki tidak mengeras. kandang dengan tipe litter pengelolaannya lebih mudah dan praktis, hemat tenaga dan waktu, lantai kandang relatif tahan lama, lantai tidak mengakibatkan telapak kaki ayam terluka, dan mengeras serta litter merupakan media yang baik untuk mencakar-cakar debu atau mandi debu yang memberikan kenyamanan bagi ayam.
                     
4.2. Sterilisasi Kandang
Sterilisasi dilakukan sebelum dan sesudah pemeliharaan yaitu pada saat kandang kosong selama 8 hari  yaitu meliputi pembersihan lantai kandang, dinding dan atap kandang, pengapuran kandang, penyemprotan kandang dengan desinfektan, serta pencucian tempat ransum dan minum serta kotoran ayam. Desinfektan kandang dengan menggunakan Virukill dilakukan 2 -3 hari sebelum DOC tiba. Usaha pencegahan penyakit yang lain adalah senantiasa menjaga kebersihan kandang dan peralatannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2008) yang menyatakan bahwa kandang harus sudah dibersihkan dengan air bersih yang telah dicampur dengan pembunuh kuman atau desinfektan. Semua peralatan, termasuk tempat ransum dan tempat minum. Fadilah (2004) menjelaskan lebih lanjut, mencuci kandang dengan sprayer tekanan tinggi dari bagian atas, dinding dan tirai, hingga lantai. Proses pencucian ini harus meliputi semua bagian jangan sampai ada bagian yang terlewatkan serta menaburkan atau menyemprotkan kapur tohor ke bagian dalam, lantai, dan sekeliling luar kandang.

 Gambar 1. Pembersian kandang
4.3. Persiapan Pemeliharaan
Setelah kandang dibersihan dan diistirahatkan selama 8 hari, mulai dilakukan persiapan pemeliharaan untuk periode yang baru. Sebelum DOC datang kandang perlu dipersiapakan dengan baik, mulai dari alas kandang. Untuk tahap persiapan alas dilapisi dengan jaring, selanjutnya dipasang kantong bekas pakan ayam yang bersih baru ditabur dengan sekam yang kering dengan ketebalan 2 -3 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah (2004), bahwa jenis litter yang sering digunakan adalah sekam dan serbuk gergaji. Selanjutnya dilakukan pemasangan lingkaran pemanas dengan diameter kurang lebih 5 meter, pemanas itu sendiri menggunakan gas olek, hal ini dirasa lebih bisa mempertahankan kehangatan dan biaya lebih murah, setiap kandang terdapat 10 lingkaran pemanas, dengan setiap lingkaran terdapat 10 tempat minum otomatis dan 10 tempat pakan. Untuk tahap akhir persiapan sebelum DOC datang adalah pemasangan tirai dan penyemprotan disinfektan pada sekam.
Gambar 2. Persiapan lingkaran sebelum DOC datang
4.4. Perlakuan Saat DOC Datang
            Pemeliharaan ayam broiler meliputi pemilihan bibit, perkandangan, pemeliharaan, pencegahan penyakit dan pola pemberian ransum. Bibit ayam broiler yang dipelihara dipeternakan tersebut berupa anak ayam umur sehari (DOC) bobot badan awal rata-rata 37 gram per ekor, dengan harga Rp. 6.500 per ekor yang telah di vaksin ND Kill, IBD dan IB. yang menyatakan bahwa kegiatan pertama yang harus dilakukan ketika DOC datang adalah memperhatikan dan memeriksa keadaan DOC secara keseluruhan, baik kualitas maupun kuantitasnya. DOC yang berkualitas baik antara lain mempunyai ciri kakinya besar dan basah seperti berminyak, bulu cerah dan penuh, DOC terlihat aktif dan beratnya tidak kurang dari 37 g. Kartasudjana dan Suprijatna (2006) menambahkan bahwa kualitas DOC yang dipelihara harus yang terbaik, karena performa yang jelek bukan saja dipengaruhi oleh faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas DOC pada saat diterima. Untuk selanjutnya DOC ditempatkan pada lingkaran pemanas, setiap lingkaran pemanas berisi 750 ekor untuk kandang utara sebanyak 10 lingkaran pemanas dan 800 ekor untuk kandang selatan sebanyak 10 lingkaran pemanas, dengan suhu pemanas diatur sesuai fisiologis DOC, tahap berikutnya diberi larutan gula dengan harapan mengembalikan energi yang hilang selama perjalanan menuju tempat peternakan, setelah larutan gula habis, barulah diberi multivitamin untuk siang harinya dan antibiotik untuk malamnya atau sebaliknya secara ad libitum dengan tujuan ayam tidak mengalami dehidrasi sehingga produksi daging dapat optimal. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa air harus selalu tersedia dan sangat baik disediakan dari kran-kran otomatis. Konsumsi air pada ayam biasanya dua kali lebih banyak dibanding dengan konsumsi makanannya. Ayam akan mampu hidup lebih lama tanpa makanan dibanding tanpa air (Rizal, 2006). Pakan diberikan jenis S-10 dengan butiran yang lebih halus mulai dari umur 1 – 10 hari, diberikan secara ad libitum. Menurut Harto (1987) pemberian ransum pada ternak yang masih berumur sehari atau DOC diletakkan dikertas atau tempat pakan dari nampan yang kecil. Setelah ayam berumur diatas 1 minggu, tempat pakan harus diganti dengan tempat pakan khusus yang digantung. Alamsyah (2005) menyatakan bahwa pemberian ransum pada ternak disesuaikan dengan umur, kesukaan terhadap ransum, dan jenis ransum. Ransum untuk ayam yang belum berumur atau DOC diberikan dalam bentuk all mash. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pencernaan ransum di dalam saluran pencernaan DOC.
Gambar 3. DOC dalam lingkaran pemanas.
4.5. Chick in
Berdasarkan hasil praktikum pada saat chick in yang dilakukan adalah menimbang bobot ayam kemudian menghitung DOC sejumlah 2500 ekor ayam. Pada saat DOC datang langsung diberikan air gula. Dosis gula yang diderikan adalah sebesar 5%. Pemberian air gula ini bertujuan untuk menggantikan cairan yang hilang saat pendistribusian. Hal ini sesuai dengan  pendapat Murtidjo (1987) yang menyatakan bahwa pertama kali yang harus kita lakukan setelah DOC datang adalah pemberian air minum yang dicampur dengan air gula 1-2 % dan obat anti stress.  Pencampuran air gula tersebut dimaksudkan untuk menggantikan cairan tubuh dan energi yang hilang selama dalam perjalanan. Fadilah (2006) menambahkan bahwa saat DOC tiba, sebaiknya diberikan air gula aren 2-5%, hal ini dilakukan untuk memberikan energi untuk DOC yang mana energinya telah habis saat di perjalanan.

4.6. Pemeliharaan
Berdasarkan hasil praktikum pada saat pemeliharaan yang dilakukan adalah anak ayam atau DOC (day old chick) dipelihara selama 33 hari sampai mendapatkan produksi daging yang optimal. Pemberian pakan untuk DOC diberikan sesuai dengan kebutuhan dan air minum diberikan secara ad libitum yaitu pakan diberikan secara terus menerus. Pakan diberikan dengan menggunakan chick feeder tray yang diletakkan di lantai agar memudahkan dalam mengkonsumsi pakan, sedangkan pada saat mencapai umur 1 minggu pakan diberikan dalam feeder tube. Peletakan tempat pakan dan minum pada masa ini adalah dengan digantung setinggi bahu ayam. Hal ini dilakukan agar pakan dan minum tidak mudah tumpah dan tidak tercampur dengan sekam. Sekam yang tercampur dalam pakan atau minum akan membahayakan ternak jika memakannya, karena dapat mengganggu saluran pencernaan. Sistem pemberian pakan yang dilakukan sudah baik, karena meperhatikan cara untuk memberi pakan pada saat DOC (starter), finisher dan ayam periode finisher meliputi tempat pakan yang digunakan, cara penempatan tempat pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf  (1992) yang menyatakan bahwa pakan untuk ayam broiler dibedakan menjadi dua tahap yaitu pakan untuk periode starter dan pakan untuk periode finisher. Fadilah et al. (2007) menambahkan bahwa pemberian pakan pada saat starter diberikan di chick feeder tray dan pada saat finisher diberikan pakan dalam feeder tube yang digantung.
Tirai ditutup pada fase starter bertujuan untuk menyesuaikan kondisi lingkungan yang dibutuhkan DOC. Setelah ayam berumur lebih dari 1 minggu tirai ditutup pada saat malam hari atau pada saat suhu rendah, ketika ada angin kencang dan hujan. Hal ini dilakukan agar suhu dalam kandang tetap nyaman dan sekam tidak basah. Tirai dibuka pada saat siang hari atau ketika suhu tinggi dan berfungsi sebagai ventilasi udara sehingga sirkulasi udara dapat berjalan dengan lancar dan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1995) yang menyatakan bahwa pertukaran udara dalam kandang akan sangat penting untuk membuang gas-gas amoniak yang dapat mengganggu pertumbuhan ayam. Penggantian litter dengan menggunakan sekam dilakukan apabila sekam sudah basah. Tujuan dari penggantian sekam adalah untuk menghindari peningkatan kandungan amonia dan penyebaran bibit penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah (2006) bahwa litter yang basah bisa meningkatkan kandungan amonia, menjadi tempat berkembang biak berbagai penyakit, dan menyebabkan bulu ayam kotor.
Pengaturan suhu dalam kandang bagi ternak dilakukan dengan pengaturan tirai dan brooder. Bahan yang digunakan sebagai tirai adalah plastik tebal. Brooder menggunakan lampu bohlam yang apabila suhu tinggi maka bohlam dimatikan dan diangkat dijauhkan dari DOC. Suhu rata-rata dalam kandang pada minggu pertama 31,85oC, minggu kedua 30,65oC, minggu ketiga 29,91oC dan pada minggu keempat 29,65oC. Suhu tersebut bukan merupakan comfort zone bagi ternak sehingga ternak sering melakukan panting. Suhu yang baik untuk hidup ayam broiler adalah sekitar 320-350C. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryana dan Hasbianto (2008) bahwa sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras adalah persyaratan temperatur berkisar 32,2-350C dan kelembapan 60-70%. Awal DOC masuk tirai ditutup selama 1 minggu dan menggunakan lampu brooder yang berfungsi sebagai pemanas atau penghangat. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1995) yang menyatakan bahwa alat pemanas merupakan suatu alat yang digunakan untuk memberi rasa hangat serta berfungsi untuk menggantikan panas tubuh yang biasa diberikan oleh induk ayam untuk menjaga tubuh anak ayam agar tetap stabil.
Sanitasi dilakukan secara rutin setiap hari meliputi sanitasi kandang, peralatan dan praktikan yang masuk kandang (biosecurity). Sanitasi kandang dilakukan dengan cara membersihkan kandang setiap harinya dengan cara menyapu sekam yang tercecer, selain itu juga membersihkan kandang luar dengan cara menyapu halaman luar kandang dan membersihkan selokan air agar tidak timbul bibit penyakit. Sanitasi peralatan yaitu dengan membersihkan tempat pakan dan air minum setiap hari supaya meminimalisir ternak agar tidak terkena penyakit baik dari jamur, bakteri, protozoa, dan virus yang dapat menimbulkan penyakit. Sanitasi praktikan (biosecurity) dengan cara menyemprotkan desinfektan ke tangan dan kaki supaya tidak membawa penyakit dari luar kandang. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1987) yang menyatakan bahwa tujuan dari sanitasi secara menyeluruh adalah untuk menjaga kebersihan kandang baik luar maupun  dalam kandang agar ternak dapat menampilkan performans yang baik dan ternak bebas dari penyakit. Rasyaf (1992) menambahkan bahwa penyebab dari kurang perhatian sanitasi akan menimbulkan ternak rentan terhadap penyakit, sehingga ternak banyak yang mati. Oleh karena itu sanitasi sangat diperlukan dalam manajemen usaha peternakan.
4.7. Evaluasi Performance Ayam Pedaging
Berdasarkan praktikum, evaluasi performance didapatkan hasil  sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Performance Ayam Broiler Flock 3
Umur (minggu)
Jumlah ayam yang mati
Konsumsi pakan/SAK
Bobot Badan/gram
I
10
9 SAK
3,34 gram
II
17
23 SAK
7 gram
III
20
37 SAK
1,4 kg
IV
12
48 SAK
1,7 kg
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Ternak Unggas, 2014
Berdasarkan tabel diatas konsumsi pakan ayam broiler tertinggi adalah minggu ke 4 yaitu sebesar 1,7 g/ekor, dimana ayam broiler sudah masuk kedalam fase finisher sehingga  pakan yang dibutuhkan relatif lebih banyak. Jumlah konsumsi pakan sangat mempengaruhi konversi pakan dan efisiensi pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna dan Kartasudjana (2006) yang menyatakan bahwa pada waktu pemeliharaan ayam broiler selama 4 minggu dengan energi metabolis ransum 3000 kkal/kg dan protein 22%, konsumsi ransum sebesar 2,5 kg/ekor, bobot badan yang dihasilkan berkisar 1,2-1,3 kg/ekor. Pertambahan Bobot Badan ayam broiler yang paling tinggi berdasarkan tabel diatas adalah pada minggu ke 4 yaitu 1088 g. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot badan selalu meningkat dari minggu pertama sampai minggu ke 4. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartasudjana (2006) bahwa pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak menetas sampai umur 4-6 minggu, kemudian mengalami penurunan dan terhenti sampai mencapai dewasa. Kecepatan pertumbuhan dapat diukur dengan menimbang pertambahan berat badan secara berulang setiap hari atau setiap minggu. Ditambahkan oleh Anggorodi (1985) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ternak dimulai secara perlahan kemudian cepat hingga pada akhirnya terhenti sama sekali dan jika digambarkan akan membentuk kurva sigmoidal.
4.8. Vaksinasi Ayam Pedaging
Berdasarkan praktikum vaksinasi yang diberikan selama pemeliharaan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 2. Vaksinasi 1
No.
Parameter
Keterangan
1
Waktu pelaksanaan vaksinasi
20 Oktober 2014
2
Jenis vaksin
NDCLUND
3
Dosis vaksin
900 cc
4
Metode vaksinasi
Diteteskan pada mata
5
Respon ternak unggas post vaksinsi
Lidah berwarna kebiru-biruan
6
Dampak/penyakit ikutan
ND

Tabel 3. Vaksinasi 2
No.
Parameter
Keterangan
1
Waktu pelaksanaan vaksinasi
27 Oktober 2014
2
Jenis vaksin
GUNBORO
3
Dosis vaksin
500 cc
4
Metode vaksinasi
Dicampur dengan air  minum+ susu skim
6
Dampak/penyakit ikutan
Stress




Tabel 4. Vaksinasi 3
No.
Parameter
Keterangan
1
Waktu pelaksanaan vaksinasi
3 November 2014
2
Jenis vaksin
NDLASOTA
3
Dosis vaksin
500 cc
4
Metode vaksinasi
Dicampur dengan air minum + susu skim
6
Dampak/penyakit ikutan

Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Ternak Unggas, 2014.
Vaksinasi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pemberian vaksin NDB1, vaksin gumboro dan vaksin  ND Lasota. Pemberian vaksin NDB1 dilakukan pada saat ayam umur 4 hari dan menggunakan vaksin aktif. Vaksin aktif adalah vaksin yang berisi mikroorganisme agen penyakit dalam keadaan hidup, tetapi sudah dilemahkan, yang akan tumbuh dan berkembang baik dalam tubuh induk yang divaksin. Proses vaksinasi dilakukan dengan tetes mata dimana vaksin dilarutkan dalam larutan dapar kemudian dikocok sampai rata. Satu vaksin dapat digunakan untuk 100 ekor anak ayam dengan ketentuan satu ekor satu tetes vaksin. Vaksinasi yang kedua adalah pemberian vaksin terhadap penyakit gumboro yang dilakukan pada saat ayam berumur 10 hari melalui air minum dan sebelum dilakukan vaksinasi ayam dipuasakan selama 2 jam dengan tujuan agar air minum yang dicampur vaksin dapat habis dalam waktu yang singkat. Vaksinasi yang ketiga adalah pemberian vaksin ND Lasota yang dilakukan pada saat ayam berumur 18 hari melalui air minum dan sebelum dilakukan vaksinasi ayam dipuasakan selama 2 jam dengan tujuan agar air minum yang dicampur vaksin dapat habis dalam waktu yang singkat. Vaksinasi yang kedua dan ketiga ini menggunakan vaksin inaktif yaitu vaksin yang berisi mikroorganisme agen penyakit dalam keadaan mati (dimatikan), biasanya didalamnya dicampuri atau ditambahkan oil adjuvent Vaksin gumboro dan vaksin ND Lasota dicampur dengan penambahan susu skim 15 gram dan air 7 liter. Penambahan susu skim bertujuan memberikan energi/nutrisi untuk bakteri yang ada didalam vaksin. Karena bakteri tersebut membutuhkan makanan untuk tetap hidup. Proses vaksinasi hanya dilakukan apabila ayam dalam keadaan sehat dan kondisi lingkungan baik. Sesudah proses vaksinasi ayam diberi air minum yang dicampur dengan multivitamin atau antistress untuk mengatasi keadaan stress akibat perlakuan selama proses vaksinasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1992) menyatakan bahwa vaksinasi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain  melalui tetes mata, hidung, mulut dan air minum. Ditambahkan oleh Ensminger (1980) bahwa penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi antara lain NCD/ND, Invectious Laringo Trachacitis, Fowlok, Avian Enchepalomielitis, Gumboro dan Marex.
Pengukuran Suhu dan Kelembaban Lingkungan
 Faktor cuaca juga mempengaruhi suhu dan kelembaban baik itu di dalam (mikroklimat) maupun di luar kandang (makroklimat). Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1992) yang menyatakan bahwa pengaruh cuaca merupakan faktor luar yang sangat menentukan dalam produksi peternakan. Pengukuran suhu dilaksanakan pada pukul 05.00 WIB, 13.00 WIB, dan 21.00 WIB, pada waktu tersebut mewakili kondisi suhu dan kelembaban pada pagi, siang dan malam sehingga rata-rata suhu dalam satu hari dapat tergambarkan. Berdasarkan praktikum manajemen ternak unggas ayam pedaging selama pemeliharaan diperoleh hasil bahwa suhu dan kelembaban rata-rata pada jam tersebut dalam 28 hari adalah sebesar 27,9o C, 32o C, 28o C dan kelembaban 76%, 61%, 74%. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Fuad (1992) yang menyatakan bahwa temperatur yang ideal bagi anak-anak ayam yang berumur 1 - 3 minggu yaitu 65 0F (36 0C). Fadilah (2004) menambahkan bahwa temperatur yang ideal untuk masa finisher adalah 25-27 0C. Temperatur dalam brooder pada fase starter tidak sesuai dengan kebutuhan ayam sehingga ayam mengalami cekaman dingin yang dapat menghambat pertumbuhan dan pada fase finisher ayam mengalami cekaman panas karena suhu sangat tinggi, suhu yang tinggi ini mengakibatkan ayam terengah-engah (panting). Suprijatna dan Kartasudjana (2008) menambahkan bahwa untuk daerah tropis, kondisi lingkungan yang mempengaruhi ternak yaitu temperatur dan kelembaban.
4.9. Cara Pemanenan
Umur panen 35 hari (tergantung pasar)
            TAHAP-TAHAP PEMANENAN
  1. Mengeluarkan peralatan kandang
  2. Menyekat kandang
  3. Menangkap ayam dengan benar/menghindari perlakuan kasar
  4. Masukan ayam dalam kerat
  5. Menimbang ayam
  6. Mencatat dan menghitung total ayam dan berat keseluruhan




BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari hasil praktikum tersebut adalah untuk mendapatkan hasil pemeliharaan ayam yang bagus perlu dipersiapkan apa-apa yang diperlukan sehingga kebutuhan akan terjamin. Dalam pemeliharaan ayam broiler pemeliharaan ayam meliputi kegiatan sbb : kegiatan persiapan kandang dan peralatan yang digunakan, penggunaan dan pengaturan pergantian litter, perlakuan saat DOC datang, sanitasi kandang, pemberian pakan dan air minum, vaksinasi, pemberian vitamin dan obat-obatan dan pemanenan.
Kandang adalah tempat tinggal ayam dalam melakukan semua aktivitasnya. Perlu sekiranya diperhatikan kenyamanan kandang sehingga mampu mendukung tercapainya performan ayam yang       optimal.
            Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja.           Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.

5.2.Saran
            Adapun saran-saran yang dapat disampaikan adalah :
·         Pada saat praktikum diharapkan kepada praktikan untuk melakukan kegiatan dengan baik sehingga proses praktikum berjalan dengan sesuai keinginan atau lancar.
·         Kepada dosen yang membimbing mata kuliah manajemen ternak unggas kami mengharapkan semoga laporan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mendapatkan nilai A dalam matakuliah MANAJEMEN TERNAK UNGGAS.



DAFTAR PUSTAKA
Hamsa (2014) sebagai pemilik kandang ayam broiler
Fadilah (2004) tentang pembersiaan kan agar ayam tidak mudah terkenah penyakit.
Rasyaf (2008) tentang pembersiaan kandang.
Kartasudjana dan Suprijatna (2006) tentang DOC yang baik.
Williamson dan Payne (1993) tentang perlu nya air dalam pemeliharaan ayam broiler.
Menurut Harto (1987)  tentang pemberian ransum.
Murtidjo (1987) tentang perlakuan pada DOC.
Suryana dan Hasbianto (2008) bahwa sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras.
Rasyaf (1992) menyatakan bahwa vaksinasi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain  melalui tetes mata, hidung, mulut dan air minum.
Ensminger (1980) bahwa penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi antara lain NCD/ND, Invectious Laringo Trachacitis, Fowlok, Avian Enchepalomielitis, Gumboro dan Marex.
Rasyaf, M. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 1999. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan Keempat Belas. Penebar Swadaya. Jakarta



SURAT PERNYATAAN PRAKTIKUM

Yang bertanda tangan dibawah ini

KELOMPOK 3 : SARNOVAL BAHRI
ANDIK ANUAR
TRI SYAFITRI
YUNI PRAMUNIKA NINGSI

Menyatakan bahwa dengan ini kami dari kelompok 3 telah melaksanakan praktikum yang bertempat DI MUARA SABAK TIMUR pada tanggal 17 OKTOBER – 17 NOVEMBER 2014
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan tanpa ada tekanan dari pihak manapun.
Jambi, 18 desember 2014
TANDA TANGAN
SARNOVAL BAHRI                                                            ANDIK ANUAR


NIM : E10012229                                                                   NIM : E10012238

YUNI PRAMUNIKA N                                                        TRI SYAFITRI


NIM : E10012231                                                                   NIM : E10012212