02 Juli 2015

MAKALAH BUDIDAYA IKAN NILA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

            Secara genetik ikan nila GIFT ( Genetic Improvement for Farmed Tilapia ) telah terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lehih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan nila lain.  Selain itu, ikan nila mempunyai sifat omnivora, sehingga dalam budidayanya akan sangat efisien, dalam biaya pakannya rendah.  Padahal Komponen biaya pakan dalam usaha budidaya mencapai 70% dari biaya produksi.  Sebagai perbandingan nilai efisiensi pakan atau konversi pakan ( Food Conversion Ratio ), ikan nila yang dibudidayakan di tambak atau karamba jaring apung adalah 0,5 - 1,0 ; sedang ikan mas sekitar 2,2 - 2,8.
            Pertumbuhan ikan nila jantan dan betina dalam satu populasi akan selalu jauh berbeda, nila jantan 40% lebih cepat dari pada nila betina.  Disamping itu, yang betina apabila sudah mencapai ukuran 200 g pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh dengan pesat.  Hal ini akan menjadi kendala dalam memproyeksikan produksi.  untuk mengantisipasi  kendala ini, saat ini sudah dilakukan proses jantanisasi atau membuat populasi ikan menjadi jantan semua ( S e x-reversal ) yaitu dengancara pemberian hormon 17 Alpa methyltestosteron selama perkembangan larva sampai umur 17 hari.
            Pembenihan ikan nila dapat dilakukan secara massal di perkolaman secara terkontrol ( pasangan ) dalam bak-bak beton.  Pemijahan secara massal ternyata lebih efisien, karena biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil dalam memproduksi larva untuk jumlah yang hampir sama.
            Pembesaran ikan nila dapat dilakukan di kolam, karamba jaring apung atau di tambak.  Budidaya nila secara monokultur di kolam rata-rata produksinya adalah 25.000 kg/ha/panen, di karamba jaring apung 1.000 kg/unit (50 m2)/panen (200.000 kg/ha/panen), dan di tambak sebanyak 15.000 kg/ha/panen.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ikan Nila
            Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia sekaligus hama di setiap sungai dan danau Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia.
1. Pemerian
            Ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 [[sentimeter|cmdan]] kadang ada yang lebih dan ada yang kurang dari itu. Sirip punggung ('' pinnae dorsalis'') dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak); dan sirip dubur (''pinnae analis'') dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari.
            Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor ''bergaris-garis tegak'', 7-12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim berbiak.ada garis linea literalis pada bagian truncus fungsinya adalah untuk alat keseimbangan ikan pada saat berenang.
            Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat [[kelamin]]nya. Setelah berat badannya mencapai 50 [[gram]], dapat diketahui perbedaan antara [[jantan]] dan [[betina]]. Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang [[genital]]nya dan juga  ciri-ciri kelamin sekundernya.  Pada ikan jantan, di samping lubang [[anus]] terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran [[kencing]] dan [[sperma]].  Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap, dengan [[tulang]] [[rahang]] melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh, sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya besar.
2. Kebiasaan dan penyebaran
            Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora), pemakan plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air.
            Ikan ini sangat peridi, mudah berbiak. Secara alami, ikan nila (dari perkataan Nile, Sungai Nil) ditemukan mulai dari Syria di utara hingga Afrika timur sampai ke Kongo dan Liberia; yaitu di Sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Diyakini pula bahwa pemeliharaan ikan ini telah berlangsung semenjak peradaban Mesir purba.
            Telur ikan nila berbentuk bulat berwarna kekuningan dengan diameter sekitar 2,8 mm. Sekali memijah, ikan nila betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 300-1.500 butir, tergantung pada ukuran tubuhnya. Ikan nila mempunyai kebiasaan yang unik setelah memijah, induk betinanya mengulum telur-telur yang telah dibuahi di dalam rongga mulutnya. Perilaku ini disebut mouth breeder (pengeram telur dalam mulut).
            Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering pula dijadikan filet.
            Ikan ini menjadi hama di seluruh sungai-sungai dan danau di Indonesia ketika di tebar ke dalam sungai dan danau karena ikan ini memakan banyak tumbuhan air dan menggantikian posisi ikan pribumi indonesia, akan tetapi ikan nila masih tetap ditebar oleh pemerintah di sungai-sungai dan danau Indonesia tanpa memperhatikan dampaknya.
B. Pembenihan
             Lahan atau kolam untuk pembenihan nila dibagi dalam dua kelompok yaitu kolam pemijahan dan kolam pendederan.  Kolam-kolam sebaiknya dibuat dengan pematang yang kuat , tidak porous ( rembes ), ketinggian pematang aman ( minimal 30 cm dari permukaan air ), sumber pemasukan air yang terjamin kelancarannya, dan luas kolam masing - masing 200 m2.  Di samping itu perlu di perhatikan juga keamanan dari hama pemangsa ikan seperti anjing air, burung hantu, kucing  dan lain-lain, sehingga dianjurkan agar agar lingkungan perkolaman babas dari pohon pohon yang tinggi dan rindang, sementara sinar matahari pun dapat masuk ke dalam kolam.
            Induk ikan nila mempunyai bobot rata-rata 300 g/ekor.  perbandingan betina dan jantan untuk pemijahan adalah 3:1 dengan padat tebar 3 ekor /m2.  Pemberian pakan berbentuk pellet sebanyak 2% dari bobot biomassa per hari dan diberikan tiga kali dalam sehari.  Induk ikan ini sebaiknya didatangkan dari instansi resmi yang melakukan seleksi dan pemuliaan calon induk diantaranya Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Sukamandi, sehingga kualitas kemurnian dan keunggulannya terjamin.
            Induk nila betina dapat matang telur setiap 45 hari.  Setiap induk betina menghasilkan larva ( benih baru menetas ) pada tahap awal sekitar 300 g sebanyak 250-300 ekor larva.  Jumlah ini akan meningkat sampai mencapai 900 ekor larva sesuai dengan pertambahan bobot induk betina ( 900 g ).  Setelah selesai masa pemijahan dalam satu siklus ( 45 hari ), induk-induk betina diistirahatkan dan dipisahkan dari induk jantan selama 3-4 minggu dan diberi pakan dengan kandungan protein diatas 35 %.
            Setelah dua minggu masa pemeliharaan adaptasidi kolambiasanya induk-induk betina mulai ada yang beranak, menghasikan larva yang biasanya masih berada dalam pengasuhan induknya. Larva -larva tersebut dikumpulkan denga cara diserok memakai serokan yang terbuat dari kain halus dan selanjutnya ditampung dalam happa ukuran 2 x 0,9 x 0,9 m3.  Pengumpulan larva dilakukan beberapa kali dari pagi sampai sore, dan duusahakan larva yang terkumpul satu hari ditampung minimal dalam satu happa.
C. Jantanisasi Benih. 
            Untuk mendapatkan benih ikan nila tunggal kelamin jantan ( monos eks ) maka dilakukan proses jantanisasi.  Untuk keperluan ini diperlukan minimal 24 buah happa ukuran masing-masing 2 x 2 x 2 m3 yang ditempatkan dalam kolam dengan luas kurang lebih 400 m2 dan kedalam air minimal 1,5 m.  Kedalam setiap hapa dapat diisi larva ikan sebanyak 20.000-30.000 ekor . Larva diberi pakan berbentuk tepung yang telah dicampur dengan hormon 17 Alpha Methyl Testosteron sampai masa masa pemeliharaan selama 17 hari.
            Larva hasil proses jantanisasi selanjutnya dipelihara dalam kolam pendederan berukuran 200 m2. Kolam sebelumnya harus dikeringkan, lumpurnya dikeduk, diberi kapur sebanyak 50 g/m2, dan diberi pupuk kotoran ayam sebanyak 250 g/m2.  Setelah pengapuran dan pemupukan, kolam diisi secara perlahan-lahan sampai ketinggian air sekitar 70 cm, digenangi selama 3 hari, diberi pupuk urea dan TSP masing -masing sebanyak 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2.  Setelah kolam pendederan terisi air selam 7 hari, benih ikan hasil proses jantanisasi dimasukkan dengan kepadatan 250 ekor/m2. Pemberian pakan tambahan dapat dilakukan dengan pakan berbentuk tepung yang khusus untuk benih ikan.  Pemupukan ulang dengan urea dan dan TSP dilakukan seminggu sekali dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2 kolam dan diberikan selama pemeliharaan ikan.
            Setelah masa pemeliharaan 21 hari, ikan denga bobot rata-rata 1,25 g ( ukuran panjang 3-5 cm ) bisa dipanen.  Untuk panen benih ikan nila sebaiknya digunakan jaring eret pada pengankapan awal.  Bila jumlah ikan dalam kolam diperkirakan tinggal sedikit baru dilakukan pengeringan airnya.
            Ikan mempunyai daya tahan yang baik selama diangkut apabila perutnya dalam keadaan kosong dan suhu air media relatif dingin.  Karena itu apabila akan panen dan diangkut sebaiknya ikan tidak diberi makan minimal 1 hari.  Pengangkutan menggunakan kantong plastik, dimana seper empat bagian berisi air dan tiga per empat bagian berisi oksigen murni yang diberi es balok ukuran 20 x 20 x 20 cm( es balok berada dalam media air bersama benih ikan ).  Kantong plastik dengan volume 20 L bisa diisi ikan ukuran 5 cm maksimal 1.500 ekor/kantong, dengan lama masa toleransi dalam kantong sekitar 10 jam.


Sekilas tentang kolam untuk ikan nila:
            Kolam bisa diartikan suatu genangan air yang sengaja dibuat manusia yang keadaannya dapat dikendalikan. Kolam harus memenuhi tiga persyaratan, yaitu dapat menampung air dalam volume yang besar, mudah diairi dan dikeringkan serta dapat terhindar dari banjir.
            Kolam yang baik memiliki lima bagian penting, yaitu pematang, pintu pemasukan, pintu pengeluaran, kema-lir dan kobakan. Pematang dibuat keliling dengan ketinggian antara 80 – 100 cm. Pematang juga dibuat miring ke dalam dan keluar kolam. Lebar bagian atas minimal 40 cm dan lebar bagian bawah minimal 80 cm.
            Pintu pemasukan dibuat dekat saluran pemasukan dengan pipa paralon berdiameter 4 inchi. Bagian itu tidak boleh menyentuh permukaan air untuk menjaga agar ikan tidak keluar. Jarak antara pintu pemasukan dengan permukaan air minimal 20 cm. Selain untuk menjaga agar ikan tidak keluar, tingginya bagian ini bertujuan agar selalu terjadi difusi oksigen dalam kolam.
            Pintu pengeluaran dibuat dekat saluran pembuangan dengan menggunakan monik, salah satu bentuk pintu pengeluaran yang paling praktis. Selain monik, lubang pengeluaran air, bisa juga dibuat dengan bentuk L, yaitu dibuat dari pipa paran. Hanya bentuk ini kurang praktis.
            Untuk lebih jelasnya, lubang pengeluaran monik dapat dilihat dalam buku Pembenihan dan pembesaran nila GIFT, karya Usni Arie yang diterbitkan oleh Penebar Swadaya Jakarta.
            Kemalir dibuat di dasar kolam dengan lebar antara 40-50 cm dan tinggi 10-20 cm. Arahnya memanjang dari pintu pemasukan ke pintu pengeluaran. Fungsi utama kemalir untuk memudahkan saat panen. Fungsi lainnya untuk tempat berlindung ikan pada siang hari.
            Kobakan dibuat di dasar, depan pintu pengeluaran dengan panjang 1,5 m, lebar 1 m dan tinggi 20-30 cm. Kobakan berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan waktu panen, sehinga mudah menangkapnya.
            Artikel Cara Budidaya Ikan Nila semoga bermanfaat bagi yang membutuhkanikan nila merah, klasifikasi ikan nila, budidaya ikan nila, ternak ikan nila download, morfologi ikan nila, manfaat ikan nila
D. Pembesaran di Tambak
            Usaha pembesaran ikan nila di tambak dengan sistem monokultur, mempunyai sasaran produksi untuk pasar domestik maupun ekspor.
            Untuk pembesaran nila di tambak, yang pertama dilakukan adalah tambak diperbaiki pematangnya, saluran air dan pintu-pintu airnya.  Lumpur dasar tambak diangkat, selanjutnya tambak dikeringkan, sehingga semua hama ikan yang suka mengganggu bisa musnah.  Pengapuran dilakukan dengan takaran 50 g/m2 dan pemupukan dengan pupuk kandang sebanyak 250 g/m2. Kemudian tambak diisi air sampai ketinggian 70 cm, setelah tiga hari dilakukan pemupukan dengan urea dan TSP dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2.  Pada awal pengisian air diusahakan kadar garamnya sekitar 5 ppt dan selanjutnya bisa dinaikan selam masa pemeliharaan sampai 15 ppt.
            Benih yang ditebar sebaiknya berukuran + 1,25 g ( panjang 3-5 cm ) dengan ukuran yang seragam dan sehat ditandai dengan warna cerah, gerakan yang gesit dan responsif terhadap pakan.  Untuk target panen ukuran rata-rata 15 g/ekor (1 bulan ), padat penebaran sebanyak 20 ekor/m2.  Sedangkan untuk terget panen ukuran 500 g/ekor (+ 6 bulan pemeliharaan), padat penebaran sebanyak 4 ekor/m2.
            Selama masa pemeliharaan ini ikan diberi pakan tambahan berbentuk pelet sebanyak 3%-5% per hari dari biomassa, dan diberikan dengan frekuensi tiga kali sehari, pakan tersebut harus berkualitas dengan komposisi protein minimal 25% ( Lampiran 2 ).


            Pada awal pemeliharaan, ketinggian air dipertahankan minimal 70 cm, dan bila masa pemeliharaan telah telah mencapai dua bulan ketinggian air dinaikan, sehingga menjelang pemeliharaan empat bulan ketinggian diusahakan mencapai 1,5 m.
            Pemupukan ulang dengan pupuk kandang dilakukan dua bulan sekali dengan takaran 250 g/m2, sedangkan pemupukan ulang urea dan TSP dilakukan setiap minggu dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2 selama masa pemeliharaan.
            Dengan target produksi ukuran 500 g atau lebih per ekor terutama diperlukan untuk produksi fillet, maka masa pemeliharaan adalah sekitar enam bulan.  Pemanenan dilakukan dengan cara disusur dari ujung menggunakan jaring seser.  Bila dirasakan populasi ikan dalam tambak sudah tinggal sedikit, baru air tambak dikeringkan.  Diusahakan ikan hasil tangkapan harus dalam keadaan segar dan prima.  Selainitu, untuk pasar ekspor komoditas nila ini diperlukan penanganan yang lebih hati-hati terutama sekali dari aspek higienis dan penampilan produk.
            Untuk keperluan konsumsi lokal umumnya ikan dengan ukuran rata-rata 200 g/m2 sudah dapat dipasarkan dalam keadaan segar.  Dalam proses penyimpanan, pengankutan dan pemasaran dapat menggunakan es sebagai media untuk mempertahankan kesegaran ikan.
1. Peralatan
            Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg),cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).


2. Persiapan Media
            Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.
E. Sarana Budidaya
            Alat/sarana yang digunakan oleh masyarakat pembudidaya Desa Sei Tatas Kecamatan, Pulau Petak Kabupaten Kapuas adalah hampir sama semua, misalnya
1.      Kapur dolomit
            Yang gunanya untuk menaikkan kadar pH kolam dan mengendapkan         lumpur yang baru dibuat.
2.      Pupuk kandang
            Pupuk yang gunanya untuk membuat kolam ditumbuhi oleh makanan         alami dan membuat kolam menjadi subur.
3.      Benih ikan
            Benih ikan didapatkan dari Balai Benih yang ada di Kuala Kapuas yaitu     dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kapuas, ukuran benih yang       ditebarkan ukurannya berkisar antara 3-5 cm yang seragam.
4.      Pakan ikan
            Pakan yang diberikan berupa Pellet (buatan pabrik) yaitu ukuran pakan       No. 1 (satu) yaitu PF 118 dengan kandungan    Protein 30 %.
F. Penebaran Benih
            Setelah kolam dinyatakan sudah siap, lalu dilakukan penebaran benih nila dengan ukuran 3-5 cm dengan padat penebaran 10-15 ekor/m2. Untuk kolam ukuran 100 m2 dapat ditebari benih 1.000 ekor. Benih yang dipilih benar-benar sehat dengan ciri-ciri : warna cerah, gerakannya lincah dan tidak sakit. Agar benih tidak menderita stress oleh perbedaan suhu udara dan air. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari. Penebaran pada siang hari dapat membahayakan keselamatan benih.
            Penebaran benih harus dilakukan dengan hati-hati. Cara yang aman dan praktis dengan mendiamkan wadah berisi air beberapa saat hingga suhunya sama dengan suhu air kolam pembesaran. Kemudian wadahnya digulingkan secara perlahan-lahan. Biarkan benih keluar dengan sendirinya. Tinggal saat pertama kali menebar benih harus dicatat agar waktu panen dapat dipastikan.
G. Pemberian Pakan
            Untuk benih ikan sampai hari ketiga, benih tidak perlu diberi makan karena pakan alami hasil pemupukan masih tersedia. Menginjak hari keempat barulah kita memberikan pakan buatan berupa pellet berkadar protein 25%. Pakan berupa pellet diberikan setiap hari sebanyak tiga kali pemberian, disesuaikan dengan umur dan ukuran ikan.
            Untuk mengetahui pertambahan berat badan ikan yang ada di kolam, dilakukan penangkapan seminggu sekali kurang lebih 30% dari jumlah ikan keseluruhan.
            Untuk ukuran 20-50 gr diberikan pellet sebanyak 4% - 5% dari bobot total ikan, 50-200 gr diberikan pellet sebanyak 3% dan ukuran 200-500 gr sebanyak 2% dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari.
H. Penerban Benih Ikan Nila
            Setelah tahapan proses persiapan kolam terlaksana dengan baik, maka pada hari yang kelima samapai hari ketujuh setelah masa pengisian air kolam dilakukan akan dilakukan penebaran benih ikan nila. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah ukuran benih ikan yang disebarkan hendaknya berukuran antara 8-12 cm atau dengan ukuran berat 30 gram/ekor dengan pada tebar sekitar 5-10 ekor/m2. Pemeliharaan ikan nila dilakukan selama 6 bulan atau hingga ukuran berat ikan nila sudah mencapai 400-600 gram/ekor.
I. Pemberian Makanan
            Dalam pemberian makanan ikan nila diberikan setiap hari dengan komposisi makanan alami dan juga makanan tambahan. Makanan ikan nila ini bisa terdiri dari dedak, ampas kelapa, pelet dan juga sisa-sisa makanan dapur.
Umumnya pemberian pakan dilakukan dengan ukuran seperti berikut ini:
1.      Protein 20-30%;
2.      Lemak 70% (maksimal.);
3.      Karbohidrat 63 - 73%.
4.      Pakanyaberupa hijau-hijauan diantaranya adalah :
- Kaliandra
- Kalikina atau kecubung;
- Kipat
- Kihujan
J. Penyakit
            Ikan nila pada umumnya dapat diserang oleh penyakit serius yang disebabkan oleh lingkan dan keadaan yang tidak menyenangkan, seperti populasi yang terlalu padat, kekurangan makanan, penanganan yang kuran baik dan sebagainya. Penanggulangan yang paling efektif dilakukan adalah dengan memberikan kondisi yang lebih baik pada kolam ikan tersebut.
            Apabila sudah terjadi penyakit yang serius pada sebuah kolam ikan nila, maka semua upaya yang dilakukan akan terlambat dan sia-sia. Penyembuhan dengan memberikan antibiotic atau fungisida ke seluruh kolam memerlukan biaya yang cukup mahal.
            Untuk mengatasi hal ini, maka salah satu hal yang paling umum dilakukan adalah melakukan pencegahan akan lebih murah dibandingkan dengan melakukan pengobatan, yaitu dengan jalan lain melakukan pengeringan pada kolam dan melakukan penyiapan dari permulaan.

K. Pemanenan Ikan Nila
            Masa pemanenan ikan nila sudah dapat dilakukan setelah masa pemeliharaan 4 - 6 bulan. Ikan nila pada usia 4-6 bulan pemeliharaan akan memiliki berat yang bevariasi, yaitu antara 400-600 gram/ekor.
            Bila ukuran berat dari masing-masing ikan dirasa belum maksimal, maka pemanenan bisa juga dilakukan dengan sistem bertahap, dimana hanya dipilih ukuran konsumsi (pasar). Pada tahap pertama dengan menggunakan jaring dan setiap bulan berikutnya secara bertahap.
            Untuk melakukan pemanenan secara mudah bisa juga dilakukan dengan cara mengeringkan kolam secara total atau sebagian. Bila ikan dipanen secara keseluruhan, maka kolam dikeringkan sama sekali. Akan tetapi apabila akan memanen sekaligus maka hanya sebagian air yang dibuang

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK SAPI POTONG



I. PENDAHULUAAN

Usaha peternakan sapi potong di Indonesia telah lama dikenal masyarakat. Agar usaha ini dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka perlu diperhatikan beberapa hal yang menyangkut Manajemen pemeliharaan ternak sapi potong. Penyebaran ternak sapi di negara kita belum merata. Ada beberapa daerah yang sangat padat, ada yang sedang, tetapi ada yang sangat jarang atau terbatas populasinya. Tentu sajahal ini ada beberapa faktor penyebab, antara lain faktor pertanian dan kepadatan penduduk, ilim dan budaya aklimatisasi, serta adat istiadat dan agama.
Faktor pertanian dan penyebaran penduduk di Indonesia menentukan penyebaran usaha ternak sapi. Masyarakat petani yang bermata pencaharian bertani tidak bisa lepas dari usaha ternak sapi, baik untuk keperluan tenaga, pupuk, atau lain sebagainya. Sebab, sapi merupakan kawan baik petani dalam rangka pengolahan tanah pertanian. Kehidupan maju mundurnya ternak sapi selama ini tergantung pada usaha pertanian. Karena adanya usaha pertanian yang lebih maju berarti akan menunjang produksi pakan ternak berupa hijauan, hasil ikutan pertanian berupa biji-bijian atau pakan penguat, yang kesemuanyasangat diperlukan sapi.
Ternak sapi, khususnya sapi potong, merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penting artinya didalam kehidupan masyarakat.seekor atau kelompok ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, dan tulang. Tata cara pengaturan pemeliharaan ternak potong ini dimulai dari tempat cara pemilihan bibit, tempat berproduksi/ kandang, cara pemberian pakan, cara perkawinan dan cara pencegahan penyakit serta tatalaksana pemeliharaan.

II. HASIL

1.  Pemilihan Bibit Sapi
     a.  Bangsa ternak yang dipelihara :
          PO, Simental, Cross Brahman, Limosin
     b.  Umur bibit / bakalan mulai dipelihara umur :
          2 tahun
     c.  Bibit / bakalan di peroleh dari :
          Beli di pasar sokaraja
     d.  Bila mengimpor / membeli dari mana asalnya :
          Australia
     e.  Standar harga yang digunakan dalam pembelian :
          Bobot hidup dan harga PO 6 juta, Simental 10 juta atau 25.000/kg.
     f.  Jumlah ternak yang dipelihara sekarang :
          Ternak jantan
     g.  Jelaskan bagaimana cara memilih bibit / bakalan :
          Dilihat dari kaki yang lurus, kokoh, warna merah putih masih jelas ( untuk simental )
2.  Pemberian Pakan
     a.  Bahan pakan yang diberikan :
          Jerami padi, ampas tahu, hijauan, konsentrat.
     b.  Jumlah masing – masing pakan diberikan setiap hari :
          Jerami fermentasi 10 %, ampas tahu 5 kg, hijauan 17 kg, konsentrat 1 %.
     c.  Masing – masing jenis pakan di peroleh dari :
          Bikin sendiri, kebun sendiri dan beli.
     d.  Berapa frekuensi pemberian pakan per hari :
          Pagi, siang, sore
     e.  Adakah pemberian feed additive yang lain : -
     f.  Apakah ternak di beri di beri garam dapur :
          Dicampur dengan konsentrat 1 %
     g.  Adakah kesulitan dalam pengadaan pakan dan apabila ada, bagaimana solusinya :
          Musim kemarau kesulitan mendapatkan hijuan dan jerami dan solusinya menimbun.
     h.  Berapa litter air minum yang di berikan per hari dan dari mana air minum di peroleh :
          Dari sumur dan di berikan 10 litter per hari.
3.  Perkandangn
     a.  Berapa jumlah kandang yang ada dan berapa ukuran masing – masing :
          3500 m2 untuk lahan, 3500 m2 untuk kandang, panjang 30 m, lebar 8 m, dan 2 m untuk PO sedangkan 2 m untuk 1 simental.
     b.  Bahan yang digunakan dalam pembutan kandang :
          Asbes, semen, kayu, bamboo.
     c.  Jelaskan tipe atap kandang yang digunkan, penempatan ternak dalam kandang, jarak antar kandang dan kemiringan kandang :
          Head to head, kemiringan lantai 2.4o yang terpenting air mengalir, tipe atap Globe roof.
     d.  Berapa frekuensi pembersihan kandang per hari dan jam berapa saja?:
          2 kali pagi dan sore dan jam 07.00 dan 16.00.
     e.  Adakah fasilitas – fasilitas selain kandang : Gudang pakan, pengolahan limbah, gudang silase.
     f.  Gambarkan denah penempatan kandang dan fasilitas yang dimiliki :
4.  Pengendalian Penyakit Dan Pengolahan Limbah
     a.  Penyakita apa saja yang umum menyerang ternak :
          Kembung.
     b.  Bagaimanakah caranya apabila ternak terserang penyakit seperti diatas :
          Diberi minya gandapura ( di olesi di bagian perut dan telinga ).
     c.  Bagaimana upaya pencegahan terhadap kemungkinan munculnya penyakit :
          Menjaga kebersihan kandang.
     d.  Adakah kegiatan vaksinasi dilakukan secara rutin? Apabila dilakukan vaksinasi apa saja yang dilakukan :
          Suntik Vitamin, Obat cacing, Kopok gajah ( penambah nafsu makan ).
     e.  Untuk Pengendalian limbah kotoran, tindakan apa saja yang dilakukan :
          Dibeli oleh orang untuk dibuat pupuk.
     f.  Jelasakan cara pengolahan limbah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi dan menjamin kebersihan peternakan :
          Dijual ke Orang.
    

III. PEMBAHASAN

A.                Pemilihan Bibit
Pemilihan sapi sebagai calon bibit pengganti ataupun calon penggemukan sering dirasa sulit. Sebab, pada saat peternak itu melakukan pemilihan diperlukan pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang cukup, serta kriteria dasar. Kriteria dasar tersebut meliputi bangsa dan sifat genetis, bentuk luar serta kesehatan. Setiap bangsa sapi memiliki sifat genetis yang berbeda satu dengan yang lain, baik mengenai daging ataupun kemampuan dalam beradaptasi terhadap lingkungan. Secara teoritis peternak sapi potong pasti memilih bangsa sapi tipe potong jenis unggul yang sudah populer seperti hereford, aberdeen angus, beef master, charolais dan sebagainya karena persentase hasil karkas sapi-sapi tersebut lebih dari 60%, sedangkan jenis lokal kurang dari 60%. Namun, bila peternak memandang iklim setempat di rasa tidak menunjang mereka pasti akan menernakan sapi-sapi potong jenis lokal seperti sapi bali, madura, dan ongole walaupun sapi-sapi itu persentase karkasnya kurang dari 60% sebab sapi lokal adaptasinya terhadap iklim dan pakan yang sederhana cukup bagus. Berdasarkan hasil praktikum pemilihan bibit yaitu dilihat dari lurus dan kokoh, warna merah putihnya harus jelas untuk sapi simental. Itulah sebabnya peternak selalu memperhtikan ciri-ciri atau bentuk luar sapi potong yang diuraikan sebagai berikut:
1.    Pejantan, Seleksi menyangkut kesehatanfisik, kualitas semen dan kapasitas servis. Pada betina Seleksi menyangkut kondisi fisik dan kesehatan, kemiringan vulva tidak terlalu keatas,
2.    Ukuran badan panjang dan dalam, rusuk tumbuh panjang yang memungkinkan sapi mampu menampung jumlah makanan yang banyak.
3.    Bentuk tubuh segi empat, pertumbuhan bagian depan, tengah, dan belakang serasi, garis badan atas dan bawah sejajar .
4.    Paha sampai pergelangan penuh berisi daging.
5.    Dada lebar dan dalam serta menonjol ke depan
6.    Kaki besar, pendek, dan kokoh
7.    Mata bersinar, tidak terdapat kondisi patologik
8.    Baik dalam reproduksi
9.    Gerak lincah, riang dan kuat
10.                        Sikap berdiri tegak. Kuat dan semua bagian tubuh didukung oleh keempat kaki, dengan teracak yang rata
B.                 Perkandangan
Kandang sebagai tempat tinggal sapi sepanjang waktu harus diperhatikan oleh peternak. Didalam hal ini peternak harus sadar bahwa kehidupan ternak sapi sepenuhnya berada di bawah pengawasan manusia. Perlindungan terhadap lingkungan yang mereka hadapi seperti terik matahari, hujan, angin kencang, dan sebagainya yang menimpa menjadi pemikiran peternak. Oleh karena itu bangunan kandang sebagai salah satu faktor lingkungan hidup ternak harus bisa memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman, sesuai dengan tuntutan hidup mereka. Jadi bangunan kandang diupayakan pertama-tama untuk melindungi sapi terhadap gangguan luar yang merugikan, baik terhadap sengatan terik matahari, kedinginan, kehujanan, dan tiupan angin kencang.
Kontruksi kandang harus kuat mudah dibersihkan, bersirkulasi udara baik. Selain itu ternak terlindung dari pengaruh lingkungan yang merugikan. Oleh karena itu, sehubungan dengan kontrukssi ini yang perlu mendapat perhatian terutama mengenai arah kandang, ventilasi, atap dinding dan lantai. Sedapat mungkin bangunan kandang tunggal dibangung menghadap ke timur dan kandang ganda membujur ke arah utara selatan. Sehingga hal ini memungkinkan sinar pagi bisa masuk ke dalam ruangan atau lantai kandang secara leluasa. Berdasarkan hasil praktikum model yang digunakan adalah head to head. Apabila jumlah sapi yang akan dipelihara mencapai 10 ekor maka akan lebih baik apabila menggunakan model kandang tunggal. Tipe atap adalah Goble roof.
Penempatan bangunan kandang sapi jangan sembarangan. Kita perlu mempertimbangkan faktor-faktor penunjang yang sekiranya menguntungkan dalam pengembangan lebih lanjut. Faktor itu terutama adalah faktor ekonomis dan faktor higienis kandang. Bangunan kandang yang baik adalah kandang yang terletak disuatu daerah atau tempat yang dekat dengan sumber air. Sebab usaha peternakan  Letak kandang terpisah dari rumah dan jaraknya cukup jauh Lantai dari semen/tanah yang dipadatkan, dan harus dibuat lebih tinggi dari tanah sekitarnya.  Drainase di dalam dan luar kandang harus baik.. Ukuran kandang  Sapi betina dewasa 1,5 X 2 m/ekor, Sapi jantan dewasa 1,8 X 2 m/ekor, Anak sapi 1,5 X 2 m/ekor.
           
C.                 Pakan
Pakan merupakan salah satu unsur penting yang menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ternak. Tujuan utama pemberian pakan adalah menjamin pertambahan bobot badan selama pertumbuhan serta menjamin produksi yang paling ekonomis. Salah satu tuntutan kebutuhan hidup sapi yang utama adalah kebutuhan pakan, disamping kebutuhan linkungan hidup dan sebagainya. Maksud pemberian pakan kepada ternak sapi adalah untuk perawatan tubuh atau kebutuhan pokok hidup dan keperluan berproduksi. Tujuan pemberian pakan ini dibagi menjadi dua golongan, yaitu makanan perawatan, untuk mempertahankan hidup dan kesehatan dan makanan produksi untuk pertumbuhan dan pertambahan berat. Jumlah pakan yang diperlukan hewan tergantung pada kondisi lingkungan, baik untuk kebutuhan pokok hidup (perawatan) ataupun berproduksi. Pada sapi tropis membuthkan pakan perawatan relatif lebih sedikit dari dari pada subtropis. Sapi yang hidup didaerah sedang penggunaan energi untuk pemanasan tubuh akan lebih tingggi.
Limbah pertanan juga bisa digunakan sebagai pakan, akan tetapi limbah pertanian memiliki kekurangan yaitu kandungan serat kasarnya tinggi, nilai gizinya rendah sehingga palatabilitas/ kesukaan dari ternaknya juga rendah. Pakan yang diberikan pada sapi saat praktikum yaitu berupa jerami padi fermentasi, ampas tahu, rumput gajah, konsentrat dan hijauan. Manfaat pakan penguat diberikan kepada ternak sapi adalah untuk meningkatkan dan memperkaya gizi ransum yang hanya terdiri dari hijauan bergizi rendah. Pakan penguat adalah pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar yang relatif rendah dan mudah dicerna. Bahan pakan penguat ini meliputi bahan makanan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, bulgur, hasil ikutan dari pertanian seperti dedak, katul bungkil kelapa, tetes, dan berbagai umbi. Pakan penguat ssangat perlu diberikan kepada ternak yang sedang tumbuh ataupun ternak yang sedang dipekerjakan. Fungsi pakan penguat ini adalah meningkatkan dan memperkaya nilai gizi pada bahan pakan lain yang nilai gizinya rendah.
Hijauan, termasuk rumput mengambil peranan penting sebagai pakan ternak ruminansia, namun hal itu lebih menunjang apabila hijauan trrsebut bermutu baik. Rumput mengandung zat gizi yang diperlukan bagi ternak seperti air, protein, lemak, serat kasar, mineral dan vitamin.  Semuanya dapat diberikan dalam dua macam bentuk, yakni hijauan segar dan kering. Bahan pakan berupa rumput bisa dibedakan atas rumput lapangan (liar) dan rumput pertanian. Rumput pertanian sengaja diusahakan dan dikembangkan untuk persediaan pakan ternak. Sehingga rumput ini disebut rumput jenis  unggul . rumput atau hijauan jenis unggul ini bisa dibedakan lagi antara rumput potongan dan rumput gembala. Pakan tambahan bagi ternak sapi biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea atau UMB. Pakan tambahan ini dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif, yang hidupnya berada dikandang secara terus-menerus. Banyaknya air yang diperlukan oleh ternak sapi sebagai air minum dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain adalah umur ternak dan cara pemeliharaan.
  1. Pengendalian Penyakit
Pedet berumur 3 minggu umumnya sangat peka terhadap infeksi penyakit, terutama terhadap penyakit scours, pneumonia, dan infeksi tali pusar. Scours (diare) diakibatkan oleh pemberian pakan yang tidak benar dan perawatan yang jelek. Pneumonia merupakan infeksi paru-paru akibat udara sekitar sangat lmbap, kedinginan, dan sebagainya. Sedangkan tali pusar diakibatkan oleh kurang higienisnya kita sewaktu pemotongan. Tindakan pencegahan dengan cara sebagai berikut: semua peralatan kandang, tempat makan, dan alat minum harus bersih. Air minum dalam keadaan bersih. Kandang dalam keadaan bersih dan terang, peredaran udara besar cukup lancar, ruangan dalam keadaan segar dan tidak terlalu panas, tetapi hangat. Lantai kandang pedet dijaga sellu bersih, diberi jerami kering sebagai tilam yang setiap saat bisa dibersihkan secara rutin.
Pada sapi muda dan dewasa, upaya pengendalian penyakit dengan berbagai cara, seperti tindakan higiene, vaksinasi serta pengobatan parasit dalam dan luar.
1.      Tindakan Higiene
Mengupayakan dalam kebersihan kandang seperti lantai yang bersih dan kering, drainase sekitar bangunan kandang yang baik, pengapuran dinding kandang yang teratur, pengaturan ventilasi kandang yang sempurna dan usaha-usaha yang akan mampu membentengi dari serangan berbagai jenis infeksi penyakit.
2.      Vaksinasi dan Program Testing
Program vaksinasi merupakan usaha untuk menciptakan kekebalan tubuh. Vaksinasi penting yang harus dilakukan oleh setiap peternak sapi potong antara lain vaksinasi untuk pencegahan terhadap penyakit brucellossis dan anthrax. Disamping itu juga perlu ada program testing terhadap penyakit tertentu seperti TBC dan brucellosis.
3.      Pengobatan Cacing
Cacing merupakan salah satu penyakit dalam tubuh yang sangat merugikan, baik parasit yang bersarang di usus maupun di hati. Oleh karena itu, agar sapi selalu terhindar dari parasit cacing, kita harus melakukan pemberantasan cacing secara rutin, yaitu 4 bulan sekali dengan dosis sesuai anjuran.
4.      Pemberantasan Kutu
Parasit ini menghisap darah hewan yang dihinggapinya sehingga hewan yang bersangkutan merasa terganggu terus-menerus akibat gatal dan sebagainya. Oleh karena itu, di samping harus menjaga kebersihan kulit sapi dengan cara memandikan sapi setiap hari, peternak harus memberantas atau mengobati sapi yang berkutu.
IV. KESIMPULAN
            Dalam pemeliharaan ternak sapi potong terdapat faktor – faktor yang penting untuk diperhatikan salah satunya adalah segitiga produksi dimana terdapat breeding, feeding dan management. Breeding berarti bibit sehingga dalam pemeliharaan sapi potong, bibit yang kita peroleh harus bagus, tidak cacat, tidak sakit, dan data tetuanya jelas ( terdapat recording ). Feeding merupakan pakan yang diberi untuk dikonsumsi oleh ternak sapi potong itu. Pakan yang diberi harus memenuhi secara kuantitas dan kualitas atau ketersediaan nutrient yang dibutuhkan oleh ternak sapi potong terpenuhi dan ketercukupi. Hal yang tidak kalah pentingnya dalam pemeliharaan sapi potong adalah manajemen dimana manajemen ini terdiri dari manajemen kandang, menajemen kesehatan, dan manajemen pemeliharaan.
DAFTAR PUSTAKA
Setyaningrum, A, dkk. 2003. Manajemen Ternak Potong. Unsoed : Purwokerto
Sudarmono, A. S. dan Y. Bambang Sugeng. 2008.  Sapi Potong. Penebar Suadaya : Jakarta

LAPORAN PRAKTIKUM: BUDIDAYA IKAN LELE

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Perikanan mempunyai peranan yang cukup penting, terutama dikaitkan dengan upaya peningkatan kualitas dan kuantitas produksi perikanan yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani/nelayan, menghasilkan protein hewani dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, meningkatkan ekspor, menyediakan bahan baku industry, memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha, serta mendukung pembangunan wilayah dengan tetap memperhatikan kelestarian dan fungsi lingkungan
            Perikanan modern pada dasarnya merupakan suatu pembangunan perikanan yang berorientasi bisnis. Sasaran akhir dari pembangunan perikanan keseluruhan adalah meningkatkan pendapatan sekaligus kesejahteraan para petani. Untuk mencapai sasaran tersebut, diperlukan langkah-langkah atau strategi pembangunan perikanan yang mengutamakan keterpaduan baik dalm lingkup sector, antar sector maupun wilayah.
            Salah satu komoditas perikan darat yang diharapkan dapat membantu program pemerintah di dalam menanggulangi masalah gizi terutama dalam hal pembentukan protein hewani dapat tercukupi adalah ikan lele dombo, maka usaha perikan darar penting artinya bagi masyarakat, karena ikan itu manghasilkan ikan yang berhubungan erat dengan kemakmuran rakyat beserta negaranya.
            Lele merupakan salah satu budidaya perikanan darat melaui kolam. Kolam adalah petakan pematang yang digali dan luasnya lebih kecil dari tambak, digunakan untuk  pemeliharan ikan yang ada dipekarangan maupun bukan lahan pekarangan dengan menggunakan air tawar yang bangunannya dapat dibuat secara permanen maupun non permanen dan mempunyai bentuk bermacan-macam.
B. Tujuan Praktikum
            Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikun ini adalah:
1.      Untuk mengetahui bentuk dan metode usaha kolam lele yang diusahakan oleh petani setempat. serta,
2.       Untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha lele dombo bagi petani kolam lele di Lorong Krung Lingka, Desa Dham Pulo, Kecamatan Ingin Jaya. Kabupaten Aceh Besar.


II.TINJAUAN PUSTAKA

            Ikan lele memiliki bentuk tubuh yang memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak bersisik, mempunyai kumis, mulut besar, warna kelabu sampai hitam. Ikan lele banyak dijumpai di rawa-rawa dan sungai-sungai, terutama di datarn rendah sampai sedikit payau. ikan ini memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut abrorescent, sehingga mampu hidup di air yang oksigenya rendah (Nijiyati, 1999).
            Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), catretrang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish (Anonymous, 2006).
            Budidaya lele dapat dilakukan di kolam tanah, bak permanent maupun bak plastic (kolam dari terpal). Sumber air dapat berasal dari air sungai mapun air sumur. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-27 °C. Suhu air mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air (Prihartono, 2001).
            Usaha pembudidayaan ikan lele dumbo perlu dikembang kan sesuai permintaan masyarakat, ini akan menambah pendapatan usahatani akan lele dumbo. Pendapatan usahatani ikan lele dumbo sangat erat kaitanya denagn harga. Semangkin tinggi harga jual, semangkin tinggi nilai produksi yang diterima petani yang berarti semangkin meningkat pendapatan usahatani. Menurut Mubayarto (1994), “Pada setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil bruto produksinya yaitu yaitu luas tanah akan dikalikan hasil persatuan luas. Tetapi tidak semua hasil ini diterima oleh petani. Hasil ini akan dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, maka petani akan memperoleh hasil netto yang disebut pendapatan usahatani”.
            Setiap usaha yang dilakukan, tujuanya adalah untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik bagi pengolahnya. Terutama usahatani lele dumbo,tujuannya tidak lain addalah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui peningkatan pendapatan dengan adanya usahatani tersebut. Secara umum pendapatan merupakan balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor produksi (Partadireja, 1979).


III. ASPEK TEKNIS

A. Lokasi Praktikum

            Praktikum ini dilakukan di Lorong Krung Lingka, Desa Dham Pulo, Kecamatan Ingin Jaya. Kabupaten Aceh Besar. Pada lokasi tersebut  terdapat 98 kolam yang dan hanya sekitar 70 kolam yang diusahakan dan semuanya memelihara ikan lele sedangkan yang lainya terbengkalai. kolam-kolam tersebut diusahakan oleh 1-2 orang petani untuk 2-6 kolam. Sedangkan kolam yang ditinjau dan menjadi tempat praktikum kami adalah kolam warga setempat, yaitu: Pak Nainunis yang memiliki 3 kolam pemeliharaan ikan lele. Pemeliharaan ini dilakukanya dengan metode semi intensif ditandai dengan adanya pemberian pakan buatan dan tambahan seperti pellet dan usus ayam, serta pemberian vitamin dan obat-obatan.
B. Pembuatan Kolam
            Pembuatan kolam dikerjakan oleh 4 orang dengan menggali lahan menggunakan cangkul dan skop  dengan ukuran luas kolam 4m x 8m hingga kedalaman 1 m dan lebar pematang 0,8 m. Kemudian dasar kolam diratakan serta dinding kolam dipukul-pukul supaya keras dan tidak terjadi kebocoran serta dilanjutkan pemasangan papan dan tiang penahan pematang. Saluran pembuangan air dipasang pada pematang kolam dengan ketinggian 0,7 m dari dasar kolam dan pembuangan airnya diarahkan pada pada parit pembuangan. lama pengerjaan secara keseluruhan membutuhkan waktu sampai 15 hari.
C. Persiapan Kolam
            Kolam dikatakan siap apabila telah melakukan Pencangkulan dan pembalikan tanah bertujuan untuk membebaskan senyawa dan gas beracun sisa budidaya hasil dekomposisi bahan organic baik dari pakan maupu dari kotoran. selain itu tanah yang gembur akan memperbaiki aerasi tanah sehinngga kesuburan lahan akan meningkat.
            Pengkapuran juga dilakukan dengan pemberian kapur Dolomit atau Zeolit sebanyak 15 kg/kolam tergantung kebutuhan untuk mengembalikan keasaman tanah. karna penimbunan dan pembusukan bahan organic selama budidaya sebelumnya menurunkan pH tanah. pengkapuran juga menyebabkan bakteri dan jamur pembawa penyakit mati karena sulit dapat hidup pada pH tersebut.
            Pemupukan dengan pemberian pupuk kandang sebanyak 5 karung bertujuan memperbaiki unsur hara tanah sehingga menambah kesuburan lahan agar pakan alami lele dapat berkembang baik dan juga memperbaiki struktur tanah serta menghambat peresapan air pada tanah-tanah yang tidak kedap air.
            Pemasukan air pertama kedalam kolam setinggi 20 cm – 30 cm dan diamkan selama 7 hari sampai pertumbuahan pakan alami lele cukup baik seperti plankton dan bintik-bintik nyamuk mulai banyak terlihat. setelah itu masukan air setinggi 70 cm atau menyesuiakan dengan keadaan kolam.
D. Penyediaan dan Penebaran Benih
            Benih ikan lele diperoleh dari medan dan telah berumur 3-4 minggu dengan ukuran panjang benih 5-6 cm. Petani setempat memilah benih lele dari medan karna lebih bagus dan pertumbuhannya yang cepat sedangkan benih lele lokal tidak terdapat sedemikian.
            Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan kantong yang berisi benih lele ke dalam kolam dan lepaskan ikatan pada mulut kantong lalu  biarkan selama 15-20 menit atau kira-kira suhu air dalam kantong dengan suhu air di kolam sudah sama. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 8.500-10.000 ekor/kolam.
E. Pengendalian Hama Penyakit
            Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sejak persiapan lahan dengan pemberian kapur ke dalam kolam pada saat pengolahan dasar kolam untuk memberantas hama dan penyakit dan setelah masa penebaran benih juga diberikan/ditaburkan garam dapur untuk memberantas jamur-jamur yang menyebabkan penyakit putih pada lele sebanyak 500 gr/hari selama 10 hari. Jika benih lele kelihatan kurang sehat maka di berikan obat yaitu sifox 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut. Pembersihan air kolam dari sampah seperti daun-daunan dan lainya yang jatuh ke dalam kolam serta pemotongan rumput yang ada pada pematang kolam juga turut mencegah datangnya hama dan penyakit pada lele. Hama seperti berang-berang, biawak, burung dan lainya dapat dicegah dengan memasang jaring yang rapat pada permukaan kolam. Sedangkan pada saat pasca panen dilakukan pembuangan tanah dasar bagian atas agar tidak terjadi penularan penyakit pada musim berikutnya.
F. Pemberian Pakan
            Pakan ikan lele berupa pakan alami yang terdiri dari plankton, bintik nyamuk, cacing tanah, kutu air dan lainya. Ada juga pakan buatan berupa pellet yang dibedakan atas tingkat kandungan nurtisinya dan juga pakan tambahan seperti usus ayam, dedak, dan vitamin lainya.
            Pemberian pakan lele di lokasi praktikum yang kami tinjau tergantung pada umur usaha lele yang sedang diusahakan. Pakan ikan lele umur usaha 1-10 hari diberikan pakan pellet PF-1000 sebanyak 1 kg/hari (pagi ½ kg dan sore ½ kg) dan pakan alami seperti plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil yang terdapat pada kolam itu sendiri sebagai pakan tambahanya.
            Pakan ikan lele umur usaha 10 hari-2 minggu diberikan pellet 781-1 sebanyak 2 kg/hari (pagi 1 kg dan sore 1 kg) dan pakan tambahan masih bertumpu pada pakan alami sedangkan pakan ikan lele umur usaha 2-4 minggu diberikan pellet 781-2 sebanyak 5 kg/hari (pagi 2,5 kg dan sore 2,5 kg) dan pakan tambahanya masih sama seperti kasus di atas.
            Pada umur usaha ikan lele 4-8 minggu atau sampai umur panen, pakan yang diberikan berupa pellet 781 sebanyak 3 kg/hari (pagi) dan usus ayam yang terlebih dahulu direbus sampai empuk  supaya mudah dimakan lele sebanyak 10 kg/hari (siang 5 kg dan sore 5 kg) yang sebagai pakan tambahan.
            Pakan tambahan berupa usus ayam diyakini mengandung protein sangat tinggi yang bisa membuat pertumbuhan ikan lele cepat besar. Selain itu, untuk penghematan biaya  karna harganya yang murah serta mencegah timbulnya kanibalisme antar ikan lele yang di sebabkan kekurangan pakan.
G. Pengelolaan dan Perawatan air
            Menjaga tingkat kebersiahan air sangat penting pada usaha ikan lele agar tidak mudah diserang penyakit yang disebabkan pencemaran sisa-sisa pakan dan kotoran ikan itu sendiri. Begitu juga menjaga volume dan suhu air kolam, karna volume yang susut diakibatkan penguapan, kebocoran dan lain-lain membuat suhu air kolam meningkat sehingga mencapai suhu maksimal yang tidak bisa diterima olah tubuh ikan dan menyebabkan kematian. Petani ikan lele yang kami kunjungi, pengelolaan air dilakukan dengan menambah volume air setinggi 10 cm pada sore hari tergantung keadaan yang bertujuan untuk menurunkan suhu air dan menurunkan tingkat pencemaran pada kolam.
H. Panen dan Pasca Panen
            Pemanenan dilakukan pada umur ikan lele 3 bulan ataupun umur usaha pada lokasi tersebut yaitu 2 bulan. ikan lele yang dipanen bisa mencapai 400-600 kg/kolam dengan tingkat kematian/penyusutan 20%-30% dari jumlah benih yang ditebarkan. Adapun yang hal-hal yang diperhatikan dan dilakukan dalam pemanenan ikan lele antara lain:
1.      Lele dipanen pada umur usaha 2 bulan dan sudah mencapai berat rata-rata antara 130-150 gram/ekor dengan panjang antara 22-25 cm.
2.      Air kolam dikurangi setengah supaya mudah dalam pemanenanya.
3.      Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi ataupun sore hari supaya lele tidak terlalu kepanasan.
4.      Penangkapan menggunakan jaring, bersamaan dengan pemberian pakan, sehingga lele mudah ditangkap.
5.      kemudian lele ditimbang untuk keperluan pedoman dan lele siap dipasarkan.
            Penanganan pasca panen dilakukan setelah pemanenan bener-benar selesai dikerjakan  dengan cara:
1. Kolam dikeringkan  seluruhnya, kemudian tanah dasar kolam dibuang keluar sedalam mata cangkul dan dibiarkan selama 3 minggu sampai tanah dasar kolam pecah-perah.
2. Lakukan pengkapuran jika diperlukan dan berikan pupuk kandang kemudian dicangkul dengan rata dan sampai gembur sambil memperbaiki dasar kolam yang rusak
3. Kolam kembali diisi air setinggi 20-30 cm dan diamkan selama 7 hari sampai kehidupan pakan alaminya tersedia.
4. musim pelihara ikan lele baru siap dimulai.


IV. ASPEK EKONOMIS

            Menganalisa usahatani merupakan kegiatan yang sangat penting, dari analisa usaha tersebut dapat diketahui besarnya keuntungan usaha tersebut. Analisa usaha lele dumbo sangatlah bervariasi, dan ini disebabkan oleh perhitungan biaya operasional yang dipengaruhi oleh besarnya unit usaha, jenis alat dan bahan yang digunakan . Besarnya biaya yang tercantum dalam analisa usaha ini dapat berubah setiap waktu, sesuai dengan kondisi dan besar usaha serta pasar setempat.
            Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan lele selama satu musim panen adalah:
1.      Biaya tetep
Bahan/alat
Volume
Harga/satuan (Rp)
Biaya/kolam (Rp)
Biaya semua kolam (Rp)
Cangkul
4 buah
35.000
-
170.000
Skop
4 buah
35.000
-
170.000
Papan
12 lembar
10.000
120.000
360.000
Balok
8 batang
25.000
200.000
600.000
Pompa
1 Unit
2.000.000
-
2.000.000
Jaring
8 kg
40.000
320.000
960.000
Penerangan
1 set
30.000
30.000
90.000
Jumlah
4.350.000
2.      Biaya variable
Bahan/alat
Volume
Harga/satuan (Rp)
Biaya/kolam (Rp)
Biaya semua kolam (Rp)
Benih
8.500 ekor
250
2.125.000
6.375.000
Sifox
1 sachet
25.000
-
75.000
Tenaga kerja
4 org x 5 hari
50.000
1.000.000
3.000.000
Kapur dolomit
5 kg
3.000
15.000
45.000
Pupuk kandang
5 karung
5.000
25.000
75.000
Usus ayam
10 kg x 30 hari
300.000/bulan
-
300.000
PF-1000
1 sak
125.000
125.000
375.000
781-1
1 sak
180.000
180.000
540.000
781-2
1 sak
320.000
320.000
920.000
781
1 sak
315.000
315.000
945.000
Bahan bakar
20 liter
4.500
-
90.000
Garam dapur
5 kg
2.000
10.000
30.000
Jumlah
12.770.000
            Dari jumlah biaya tetap Rp 4.350.000 ditambah jumlah biaya variable Rp 12.770.000/panen sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk musim pertama Rp 17.120.000. Tetapi musim kedua dan selanjutnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan Rp 750.000 karna tenaga kerja hanya 1 orang yaitu pemiliknya sendiri dan biaya totalnya hanya Rp 14.870.000.
            Sedangkan hasil panen yang di perolah mencapai 500 kg/kolam dengan harga jual ikan lele Rp 14.000/kg sehingga bruto yang diperoleh Rp 7.000.000/kolam dan secara keseluruhan kolam mencapai Rp 21.000.000/panen dikurangi total biaya pengeluaran yaitu Rp 17.270.000 menjadi Rp 3.730.000/panen. kecuali pada musim kedua dan seterusnya biaya pengeluaran hanya dikurangi Rp 14.870.000.
            Jadi, keuntungan bersih yang didapatkan pada musim panen pertama adalah Rp 3.730.000/panen. Tetapi musim panen kedua dan seterusnya bisa lebih besar mencapai Rp 6.130.000/panen.
            Usaha pemeliharan ikan lele dumbo ini dengan keuntungan yang mencapai Rp 6.130.000/panen (hanya pada panen pertama yang kecil keuntunganya sebesar Rp 3.730.000/panen) petani akan mendapatkan modalnya kembali setelah 3-4 kali melakukan pemanenan. Sedangkan 4 kali musim panen bisa dicapai dalam satu tahun. Jika petani lele tersebut tekun pada usahanya.
  
V. PERMASALAHAN DAN SOLUSI

A. Permasalahan
            Permasalahan yang sangat terasa bagi petani usaha pemeliharaan lele ialah:
1.      Permodalan yang kurang untuk perluasan areal kolam lele untuk petani daerah tersebut.
2.      Masih tingginya tingkat kematian lele sampai 70 % dan berdampak pada kurang maksimalnya pendapatan petani.
3.      Perawatan, pemberian vitamin dan pengeloaan air yang masim kurang memadai dilakukan.
4.      Ketika musim hujan, petani kolam akan mengalami kesukitan mengalirkan air pembuangan karna daerah yang rendah dan saluran yang tidak baik.
B. Solusi
            Sedangkan solusi yang dapat dilakukan pada usaha tersebut antara lain adalah:
1.      Dengan modal yang pas-pasan petani diharapkan cerdas dalam menggunakan modal dengan sebaik mungkin. sehingga keuntungan yang kecil dapat di maksimalkan untuk pengembangan usaha secara perlahan-lahan.
2.      Tidak maksimalnya pemberian pakan buatan, petani harus memiliki hubungan baik dengan pedagang pemotongan ayam untuk mendapatkan usus ayam sebagai pakan tambahan lele.
3.      Perbaikan saluran pembuangan harus ditingkatkan untuk mengantisipasi musim hujan yang lebat.
4.      Mengatasi tingkat kematian lele yang masih tinggi dapat dilakukan dengan pengelolaan air yang tepat agar tingkat pencemaran air tidak sempat mendatangkan penyakit bagi lele.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
            Kesimpulan yang dapat diperoleh dari tinjauan pada usaha ikan lele tersebut antara lain:
1.      Petani usaha ikan lele di Lorong Krung Lingka, Desa Dham Pulo, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar tersebut, menggunakan modal sendiri dan dimulai dengan mengusakan 1-2 kolam saja, setelah itu dikembangkan lagi ketika modal mencukupi.
2.      Petani disan mengusahakan kolam lele dengan metode semi intensif ditandai dengan adanya pemberian pakan buatan dan tambahan seperti pellet dan usus ayam, serta pemberian vitamin dan obat-obatan.
3.      Ukuran luas kolam 4m x 8m hingga kedalaman 1 m dan lebar pematang 0,8 m. Saluran pembuangan air dipasang pada pematang kolam dengan ketinggian 0,7 m dari dasar kolam dan pembuangan airnya diarahkan pada pada parit pembuangan.
4.      Persiapan kolam dilakukan dengan pencangkulan. pengkapuran, pemupukan dan pengendapan air dalam kolam.
5.      Benih ikan lele diperoleh dari medan dan telah berumur 3-4 minggu dengan ukuran panjang benih 5-6 cm. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu).
6.      Pakan yang diberikan berupa pakan alami, pakan buatan dan pakan tambahan seperti usus ayam.
7.      Pada umur ikan lele 3 bulan ataupun umur usaha pada lokasi tersebut yaitu 2 bulan iakn lele dipanen. ikan lele yang dipanen bisa mencapai 400-600 kg/kolam dengan tingkat kematian/penyusutan 20%-30% dari jumlah benih yang ditebarkan.
8.      Total biaya yang dikeluarkan untuk musim pertama Rp 17.120.000. Tetapi musim kedua dan selanjutnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan Rp 750.000.
9.      Usaha pemeliharan ikan lele dumbo ini dengan keuntungan yang mencapai Rp 6.130.000/panen (hanya pada panen pertama yang kecil keuntunganya sebesar Rp 3.730.000/panen) petani akan mendapatkan modalnya kembali setelah 3-4 kali melakukan pemanenan.
B.     Saran
            Adapun saran yang dapat diberikan untuk usaha ikan pemeliharaan ikan lele ini adalah:
1.      Meningkatkan perawatan dan pengendalian hama penyakit dengan pemberian vitamin dan obat-obatan agar mendapatkan hasil panen yang lebih memuaskan.
2.      Pemberian pakan yang lebih dioptimalkan lagi untuk pertumbuah tubuh yang lebih cepat.
3.      Perluasan usaha karna pasokan lele untuk pasar di aceh masih kurang.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2006. Badan Pusat Statistik Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2004. Statistik Perikanan. banda Aceh.
Mubyarto, 1994. Penganar Ilmu Ekonomi Pertanian. LPFEUI. Jakarta.
Nijiyati, S. 1999. Memelihara Ikan Lele Dumbo Di Kolam Taman. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Partadiredja, 1979. Perhitungan Pendapatan Nasional. Bima Aksara. Jakarta.
Prihartono, R.Eko, Juansyah rasidik, dan Usni Arie. 2001. Mengatasi Permasalahan Budi Daya Lele Dumbo. Penebar Swadaya, Jakarta.